Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2016, 18:03 WIB
Dian Maharani

Penulis

Sumber time.com

KOMPAS.com - Tidur malam merupakan fase penting untuk otak. Saat kita tidur terlelap di malam hari, otak akan melakukan tugas 'rumah tangga', seperti membersihkan, mengatur ulang, dan mengembalikan jaringan saraf dari segala aktivitas yang telah kita lakukan seharian.

Otak juga ikut beristirahat sehingga ketika kita bangun tidur keesokan harinya, otak siap beroperasi kembali dengan kapasitas penuh.

Lalu, bagaimana jika kita kurang tidur atau mengalami insomnia? Kurang tidur tentu akan membuat otak melewatkan masa istirahatnya yang sangat penting.

Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Radiologi, tim peneliti dari China dan Eropa melaporkan analisis bagaimana susah tidur dapat memengaruhi bagian tertentu dari saraf di otak yang mengatur kognisi, emosi dan proses sensorik.

Para peneliti membandingkan gambaran otak 23 orang dengan insomnia dan 30 orang yang sehat atau tidak insomnia. Peneliti mendefinisikan insomnia sebagai kesuliltan tidur yang terjadi selama sekitar satu bulan atau lebih.

Peneliti melihat bagian sel-sel saraf yang dilapisi protein khusus berwarna putih, yaitu myelin. Myelin melindungi serabut saraf yang mengirim sinyal di otak. Penelitian pencitraan otak sebelumnya juga telah melihat orang-orang dengan insomnia memiliki perbedaan bagian tertentu dari otak yang dapat dihubungkan ke myelin.

Peneliti menemukan, orang dengan insomnia memiliki lapisan myelin yang lebih tipis dibanding mereka yang tidurnya cukup, terutama pada bagian di otak yang mengontrol tidur. Peneliti menduga, hal ini menyebabkan adanya gangguan pengiriman sinyal pada orang dengan insomnia.

Bahkan, sebanyak 83 persen atau lima dari enam saluran saraf utama orang dengan insomnia berbeda dengan orang yang tidurnya cukup. Sebagian besar lebih terkonsentrasi di bagian otak kanan. Otak kanan lebih banyak mengatur emosi dan fungsi berpikir.

Selain itu, otak kanan juga menjadi tempat diprosesnya informasi sensorik seperti penglihatan, penciuman dan sentuhan. Menurut Li, peneliti dari Guangdong, China, perlu penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan penyebab perbedaan otak pada orang dengan insomnia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com