Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Tragedi Kesehatan yang Disebabkan oleh Pemanasan Global

Kompas.com - 11/04/2016, 09:07 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Anda tentu tahu bahwa pemanasan global akan menghancurkan Bumi kita. Menurut kantor administrasi presiden AS Barrack Obama, ternyata pemanasan global juga akan dan telah merugikan kesehatan ribuan orang dalam skala yang tidak main-main.

Laporan tersebut dibuat berdasarkan pooling terhadap lebih dari 100 ahli kesehatan dan lingkungan di Departemen Kesehatan dan Agen Perlindungan Lingkungan AS. Inilah rangkuman laporan tersebut.

 

1. Lebih banyak kematian akibat gelombang panas yang ekstrim
Efek gelombang panas mungkin kurang disadari oleh Anda yang sehari-harinya lebih banyak berada dalam ruangan ber-AC.

Tapi di negara-negara berkembang, di masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap pendingin udara, gelombang panas adalah masalah hidup dan mati. Dan pada dekade ke depan, bahkan AS dan negara-negara maju pun akan merasakan akibatnya.

Laporan ini memerkirakan akan ada setidaknya 11 ribu kematian yang berhubungan dengan gelombang panas di AS.

 

2. Masa alergi musiman lebih panjang
Dengan akses yang mudah ke dokter dan obat-obatan pereda alergi, sekarang ini, mungkin kita masih menganggap ringan gejala alergi musiman yang makin sering muncul.

Namun laporan tersebut memprediksi, akan ada ratusan bahkan ribuan, kasus alergi di rmah sakit dan kematian dini akibat alergi mulai tahun 2030.

Para ahli menjelaskan bahwa peningkatan kadar karbondioksida di udara akan memungkinkan lebih banyak alergen tumbuh, memicu bersin, mata berair, dan serangan alergi yang serius termasuk sesak napas dan kematian.

 

3. Pasokan air menjadi kotor
Pemanasan global, membuat es di kutub mencair. Ini berarti lebih banyak air limpasan (air hujan yang tidak menguap), sehingga menyerap polutan. Akhirnya, pasokan mata air untuk minum terkontaminasi juga. Begitupun sungai dan laut tempat sebagian makanan kita berasal.

 

4. Lebih banyak penyakit disebarkan oleh nyamuk
Tahun ini epidemi virus Zika adalah indikasi bahwa penyakit yang disebarkan oleh serangga bukan sesuatu yang bisa dianggap ringan.

Temperatur hangat berarti musim kawin dan berkembang biak lebih panjang dari sebelumnya, bagi nyamuk dan dan kutu pembawa penyakit Lyme dan penyakit paras lain karena parasit.

 

5. Gizi dalam sayur berkurang
Perubahan iklim berarti pergeseran musim tanam. Menurut laporan tersebut, tidak hanya perubahan iklim akan mengubah praktik pertanian, meningkatnya karbondioksida di atmosfer juga dapat menurunkan nilai gizi dari tanaman.

Jikapun Anda masih bisa mendapatkan semua sayuran yang Anda suka, mereka tidak akan cukup bernutrisi untuk Anda.

 

6. Meningkatkan risiko keracunan makanan
Kenaikan suhu dan peningkatan kejadian seperti banjir dan kekeringan akan menghasilkan lebih banyak kesempatan terjadinya kontak antara pasokan bahan makanan dengan patogen yang menyebabkan risiko buruk terhadap kesehatan.

 

7. Naiknya kasus kesehatan mental
Ini adalah efek tidak langsung, tapi masih sangat serius. Dengan perubahan iklim, kita dapat berharap untuk melihat peristiwa cuaca yang lebih ekstrim seperti angin topan dan badai yang super dahsyat.

Semua kehancuran disebabkan oleh fenomena alam itu, baik kehancuran harta benda maupun nyawa, akan memicu dampak psikologis pada ribuan orang.

Menjaga agar lingkungan tetap hijau dengan menanam pohon, mengambil aksi nyata untuk mengurangi polusi (gunakan kendaraan umum alih-alih kendaraan pribadi, hemat listrik, kurangi pemakaian kertas, tisu, plastik, memilah sampah organik dan non organik dan lain-lain) adalah cara kita untuk menunda dan mengurangi risiko bencana kesehatan global tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau