KOMPAS.com - Demi memiliki pola makan yang sehat banyak orang rela mengeluarkan uang tak sedikit untuk membeli bermacam produk sehat di pasaran.
Harga produk yang diberi label sehat itu memang mahal. Sebut saja makanan bebas gluten, bahan pangan organik, telur mengandung omega, pressed juice, hingga chia seed.
Meski tak murah, tapi konsumen rela menghabiskan dana tak sedikit karena banyak yang menganggap bahwa produk yang sehat memang mahal.
Persepsi yang keliru dari konsumen itu dikenal juga dengan teori lay, yakni mengonsumsi produk makanan sehat berarti perlu mengeluarkan uang lebih banyak. Faktanya, nutrisi di dalam produk makanan itu sama saja.
Dalam sebuah percobaan, Rebecca Reczek, profesor bidang marketing dari AS meminta sekelompok orang mencoba produk camilan baru yang disebut "granola bites".
Pada sebagian peserta diberitahu bahwa produk tersebut sangat sehat. Sementara pada peserta lain diceritakan bahwa produk camilan itu hanya memiliki manfaat nutrisi yang kecil. Kemudian para partisipan studi diminta menilai berapa harga produk itu.
Sudah diduga, partisipan yang diberi tahu granola itu sehat menilai harganya lebih tinggi dibanding partisipan yang diberitahu produk itu tidak sehat.
Beberapa penelitian serupa juga memberi hasil yang kurang lebih sama. Produk yang diberi label "sehat" atau "bernutrisi" dianggap lebih mahal.
"Konsumen seharusnya lebih pintar. Kita bisa membandingkan lebel nutrisi tiap produk dan melakukan sedikit riset sebelum membeli sebuah produk. Gunakan data dan fakta ketimbang intuisi," kata Reczek.
Makanan sehat seharusnya tidak sebatas organik dan tak mengandung pengawet atau pewarna, tapi cek juga kandungan gula, garam, dan lemaknya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.