KOMPAS.com - Saat ini ada beberapa jenis metode kontrasepsi (KB) yang tersedia, mulai dari kondom, suntik, implan, IUD, dan steril yaitu tebektomi dan vasektomi. Namun, sebagian pasutri masih dilanda rasa cemas untuk menggunakan kontrasepsi yang ada karena potensi efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Rasa cemas dan minimnya literasi membuat sebagian pasangan berupaya menghindari terjadinya pembuahan dengan melakukan KB alami, salah satunya melakukan ejakulasi atau mengeluarkan sperma di luar vagina atau rahim setelah berhubungan intim.
Baca juga: Air Liur Dijadikan Pelumas Saat Berhubungan Intim, Bahaya atau Tidak?
Dalam istilah medis, ejakulasi di luar vagina disebut dengan coitus interuptus. Walaupun dianggap dapat mencegah kehamilan secara alami, metode ini ternyata memiliki risiko kegagalan yang besar.
Dokter spesialis kandungan dr. Purnawan Senoaji, Sp.OG (K) FM menjelaskan bahwa mengeluarkan air mani yang mengandung sperma di luar vagina tetap bisa menyebabkan kehamilan.
"Berhubungan seksual terus dikeluarin di luar itu adalah metode kontrasepsi (KB) yang paling sering gagal," ujar spesialis kandungan yang akrab disapa dokter Awang, seperti dikutip Kompas.com di akun Instagram @purnawansenoaji_dr (dengan izin bersangkutan).
Ia melanjutkan, metode KB coitus interuptus atau saat laki-laki menarik penis menjauhi vagina saat hendak ejakulasi memang termasuk upaya mencegah kehamilan. Namun, tidak semua pasangan menyadari bahwa sebenarnya sudah ada yang keluar sedikit cairan spermanya di dalam yang berpotensi membuahi sel telur.
"Tidak selalu yang bikin hamil itu cairan ejakulasi yang (jumlahnya) banyak. Satu tetes cairan suami atau air mani mengandung jutaan sperma. Nah, padahal untuk terjadi kehamilan hanya dibutuhan satu sel sperma saja," imbuh dokter yang juga menjadi dosen pendidik klinis di Universitas Indonesia tersebut.
Baca juga: Apakah Boleh Menahan Sperma yang Akan Keluar Saat Berhubungan Intim?
Dokter Awang kemudian berpendapat bahwa terlambat mengangkat atau menjauhkan penis sangat mungkin menyebabkan terjadinya pembuahan.
Terlebih menurut Awang, kebanyakan pria tidak merasakan bahwa sudah ada sperma yang terlanjur keluar di dalam vagina.
"Jadi telat ngangkat itu kemungkinan jadi (pembuahan), ya bisa. Yang sering terjadi, suami nggak terasa (spermanya sudah keluar) atau nggak ngaku," pungkasnya.
Itu sebabnya, pasangan yang tidak berencana memiliki momongan sebaiknya menggunakan kontrasepsi yang sudah dianjurkan BKKBN.
Berikut beberapa jenis kontrasepsi yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya pembuahan:
Pasangan suami istri dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memilih kontrasepsi yang akan digunakan.
Baca juga: Bolehkah Kondom Dipakai Dua Kali? Ini Penjelasannya...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.