Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes: Banyak Anak Kena Pneumonia Akibat Paparan Asap Rokok

Kompas.com - 19/11/2024, 16:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Pneumonia menjadi ancaman serius bagi anak-anak di dunia karena menyebabkan susah napas bahkan kematian. Wakil Menteri Kesehatan, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, Ph.D, KEMD mengatakan bahwa paparan asap rokok menjadi salah satu penyebab pneumonia pada anak. Selain asap rokok, penyebab pneumonia lainnya adalah virus, bakteri, atau jamur.

“Data statistik menunjukkan anak-anak yang ada di lingkungan orang tuanya perokok lebih gampang terkena pneumonia dibandingkan dengan anak-anak yang orang tuanya tidak merokok,” ungkap Prof. Dante, dilansir dari laman Kemenkes.

Baca juga: Bagaimana Cara Mendeteksi Pneumonia? Ini Kata Pakar...

Dante menjelaskan, kematian akibat pneumonia di seluruh dunia terjadi setiap 43 detik. Artinya, ada 700 ribu anak meninggal setiap tahunnya karena pneumonia.

Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr. Yudhi Pramono, MARS mengatakan pneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian terbesar pada balita di Indonesia.

Data WHO tahun 2021 menunjukkan pneumonia menyebabkan 740 ribu kematian pada anak di bawah usia 5 tahun, atau setara dengan 14 persen dari total kematian balita di seluruh dunia.

“Ini menunjukkan bahwa pneumonia ancaman nyata bagi kesehatan anak-anak,” tutur dr. Yudhi.

Berdasarkan data BPJS Kesehatan pada 2023, pneumonia menempati peringkat pertama sebagai penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi, yaitu Rp 8,7 triliun, diikuti oleh tuberkulosis (TB), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan kanker paru.

Baca juga: 13 Gejala Pneumonia pada Anak yang Perlu Diwaspadai

 

Pencegahan pneumonia

Ilustrasi anak yang mengidap pneumoniaShutterstock/LightField Studios Ilustrasi anak yang mengidap pneumonia

Dalam rangka mendukung SDGs, yaitu memastikan kehidupan sehat dan kesejahteran bagi semua usia, pemerintah menargetkan penurunan angka kematian balita akibat pneumonia serta pengurangan kasus pneumonia pada balita hingga 70 persen secara nasional.

Fokus pemerintah antara lain, meningkatkan layanan kesehatan primer, edukasi dan penyediaan vaksin pneumonia, serta imbauan kepada masyarakat untuk menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.

"Imunisasi hanyalah salah satu bagian kecil dari upaya mengatasi pneumonia. Upaya lainnya adalah memenuhi kualitas gizi pada anak-anak supaya kekebalan tubuhnya meningkat, di antaranya dengan memberikan ASI eksklusif serta penyediaan nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang anak-anak,” ujar Dante.

Adapun jadwal vaksin pneumonia menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yaitu pada usia 2, 4 dan 6 bulan dengan booster pada usia 12-15 bulan.

Jika belum diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan dua kali dengan jarak minimal satu bulan dan booster (penguat) pada usia 12 -15 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. Jika belum diberikan pada usia 1-2 tahun, PCV diberikan 2 kali dengan jarak minimal dua bulan.

Jika vaksin belum diberikan pada usia 2-5 tahun, PCV10 dapat diberikan dua kali dengan jarak dua bulan, dan PCV13 atau PCV15 diberikan satu kali.

Untuk anak di bawah 5 tahun dengan risiko tinggi dan belum pernah mendapat vaksin PCV, direkomendasikan mendapat satu dosis PCV13 atau PCV15.

Orangtua juga dapat berkonsultasi dahulu dengan dokter spesialis anak di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat mengenai vaksin pneumonia pada anak.

Baca juga: Cara Mencegah Pneumonia Pada Anak, Salah Satunya Jaga Kebersihan Kamar

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau