Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/01/2017, 19:14 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak yang mengalami gangguan pendengaran sejak lahir bisa mengalami kesulitan bicara di kemudian hari. Namun, bila dintervensi sejak dini, anak dapat mendengar normal dan bicara dengan lancar.

Seperti dialami oleh Dave Azriel Sinaga (11). Pada usia 2 tahun, Dave belum bisa bicara seperti anak-anak seusianya. "Kalau dipanggil-panggil juga enggak jawab. Mungkin karena anak laki-laki," ujar ayah Dave, Wira Sinaga dalam temu media di RSCM Kencana, Jakarta, Selasa (24/1/2016).

Awalnya orangtua Dave tak menyadari bila putranya itu mengalami gangguan pendengaran. Baru setelah melakukan pemeriksaan, ternyata Dave positif mengalami gangguan pendengaran.

"Enggak ada keturunan (gangguan pendengaran). Enggak ada terkena Rubella atau apa. Tapi akhirnya kita inget, pernah ada merah-merah di kulit," jelas Wira.

Setelah pemeriksaan di usia 2 tahun Dave pun langsung diberi alat bantu dengar. Meski demikian, kemampuan bicara Dave ternyata tak mengalami perkembangan signifikan. Dave tidak bisa mengucap kata dengan jelas karena selama ini pendengarannya tidak terlalu jelas.

"Sudah terapi bicara ke mana-mana belum ada kemajuan. Bahasanya masih belum jelas, jadi komunikasi lebih banyak membaca bibir," papar Wira.

Alat bantu dengar rupanya tak cocok untuk kondisi pendengaran Dave. Akhirnya, keluarga memutuskan untuk memasang implan koklea atau rumah siput. Pada usia 5 tahun, Dave menjalani operasi pemasangan implan koklea.

Dengan pemasangan implan koklea, Dave mendengar suara lebih jelas. Ia pun terus menjalani terapi mendengar sekaligus belajar bicara. Orangtua Dave kembali memperkenalkan suara pintu diutup, pulpen jatuh, hingga suara petir.

Seiring waktu kemampuan berbicara Dave ternyata terus berkembang dari tahun ke tahun. Ia sudah bisa berbicara lancar sehingga bisa masuk sekolah internasional.

"Jadi Dave tidak perlu masuk sekolah luar biasa. Dia sama seperti anak lain. Kita enggak pernah nyangka dia bisa ke sekolah internasional," ujar Wira.

Di sekolah, Dave bisa mengikuti pelajaran seperti anak-anak lain yang tidak mengalami gangguan pendengaran. Ia juga bisa menjalani kegiatan yang disukainya, seperti bermain basket.

"Sekarang sudah kelas 5 SD Hobinya baca buku dan main basket," ucap Dave yang saat itu juga hadir bersama ayahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau