Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belum Ada Vaksin Corona, Traveling ke Luar Negeri Bagaimana Baiknya?

Hingga Kamis (27/2/2020), infeksi virus biang penyakit Covid-19 ini telah terdeteksi setidaknya di 44 negara.

Di tengah upaya banyak pihak mengembangkan vaksin virus SARS-CoV-2, sejumlah orang menimbang risiko kesehatan saat mengunjungi sejumlah negara yang warganya terjangkit Covid-19.

Lantas, bagaimana cara mempersiapkan kesehatan agar tidak tertular Covid-19?

Dr. Makiyatul Munawwaroh, Sp.PD. dari Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (BBKPMS) menyampaikan, orang yang akan melakukan perjalanan ke tempat yang terjangkit virus corona perlu menyiapkan diri.

"Vaksin untuk corona belum didistribusikan. Jadi kalau memang ada keperluan sangat mendesak ke negara endemik dan negaranya belum di-lockdown, sebaiknya bekali diri," jelas Maki lewat seminar daring Vaksinasi pada Traveler dan Lansia yang diselenggarakan BBKPMS, Kamis (27/2/2020).

Maki menjelaskan, vaksinasi merupakan salah satu alat perlindungan diri bagi traveler yang akan berpergian ke daerah dengan riwayat endemik suatu penyakit.

Tak hanya infeksi akibat corona, beberapa negara memiliki riwayat endemik suatu penyakit, di antaranya influenza, hepatitis A, rabies, demam tifoid, tuberkulosis, japanese encephalitis, kolera, meningitis, sampai demam kuning.

Selain corona, beberapa penyakit di atas sudah ditemukan vaksinnya.

"Sejumlah negara biasanya mensyaratkan vaksin tertentu. Misalkan meningitis dan influenza untuk orang yang umroh atau haji ke Arab Saudi. Influenza untuk ke AS. Karena flu di sana bisa menyebabkan kematian, tidak cuma pilek," jelasnya.

Untuk memilih vaksin yang tepat sebelum berpergian ke luar negeri atau suatu wilayah, Maki mengatakan baiknya traveler berkonsultasi kepada dokter.

Selain aturan wajib vaksin tertentu di sejumlah negara, dokter akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum menentukan vaksin yang tepat. Antara lain:

  • Rencana berpergian: waktu keberangkatan
  • Riwayat kesehatan: terutama bagi orang dengan alergi, mengonsumsi obat tertentu, HIV positif, pengidap penyakit kronis, dan ibu hamil
  • Riwayat alergi: orang yang alergi telur (sejumlah vaksin dibuat dengan embrio ayam)
  • Tujuan perjalanan: bisnis, backpacker, pekerja kemanusiaan, awak kabin pesawat atau kapal, tentara, dll.

"Dengan mengetahui berbagai faktor tersebut, dokter bisa menentukan vaksin yang sesuai bagi traveler, agar risiko terjangkit penyakit bisa diminimalkan" jelas Maki.

Menurut Maki, pemberian vaksinasi kepada orang yang akan berpergian ke sejumlah daerah endemik suatu penyakit, sebaiknya dilakukan empat sampai enam minggu jelang keberangkatan.

"Rentang waktu 4-6 minggu sebelum traveling itu paling ideal. Karena, beberapa vaksin perlu diberikan tidak hanya sekali dan tiap pemberian butuh jeda dengan jadwal vaksin selanjutnya," kata dia.

Lantaran belum ada vaksin khusus corona jenis baru, Maki menyarankan agar traveler yang akan pelesiran ke sejumlah negara endemik Covid-19 untuk memaksimalkan upaya pencegahan, di samping vaksin wajib .

Di antaranya menjaga daya tahan tubuh, menggunakan masker bedah (surgical mask) atau masker N95 yang memiliki filter, dan rajin membersihkan tangan dengan benar.

"Prinsip penularan penyakit itu sebenarnya ada tiga. Virulensi (tingkat keganasan mikroorganisme menyebabkan penyakit), daya tahan tubuh, dan lingkungan sekitar," katanya.

Dengan pertimbangan tersebut, traveler diharapkan bisa lebih bijak untuk tetap waspada namun tidak khawatir berlebihan dalam menyikapi suatu penyakit.

https://health.kompas.com/read/2020/02/28/130300568/belum-ada-vaksin-corona-traveling-ke-luar-negeri-bagaimana-baiknya-

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke