KOMPAS.com – Batuk merupakan respons tubuh yang terjadi untuk membuang benda asing, termasuk virus, bakteri, debu, lender, dan partikel kecil lain yang berusaha mengotori saluran napas.
Dengan kata lain, batuk berkerja untuk menjaga saluran napas, mulai dari tenggorokan hingga paru-paru tetap bersih agar seseorang tidak mengalami sesak napas.
Lendir dan dahak harus dibatukkan keluar tubuh untuk mencegah infeksi menjalar ke saluran napas bawah atau pneumonia. Jadi batuk ini tidak boleh dicegah, justru mesti dikeluarkan.
Banyak virus dapat menyebabkan seseorang mengalami batuk dan pilek (selesma atau common cold). Tetapi, yang paling sering adalah rinovirus. Di mana, ada 100 jenis rinovirus berbeda yang dapat menginfeksi manusia.
Setelah rinovirus, ada respiratory syncytial virus (RSV) dan adenovius yang menjadi virus penyebab utama kondisi batuk.
Mitos dan fakta seputar batuk
Terkait batuk ini, di masyaraka ada sejumlah mitos yang bekembang di masyarakat. Mitos tersebut tak ayal terkadang membuat masyarakat sendiri menjadi panik.
Dalam buku Orangtua Cermat Anak Sehat (2012) karya dr. Arifianto, Sp.A, sedikitnya ada 4 mitos mengenai batuk yang coba diluruskan.
Berikut konfirmasinya:
1. Batuk berkepanjangan
Mitos: Batuk yang bekerpanjangan dan tidak diobati dapat menjadi pneumonia atau radang paru-paru.
Fakta: Batuk-pilek alias selesmas atau commond cold adalah infeksi saluran napas atas (ISPA), sedangkan pneumonia adalah infeksi saluran napas bawah. Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi virus yang sama dengan salesma, dan gejala awal pneumonia bisa berupa selesma, tapi tidak ada hubungan antara selesma yang bekepanjangan dengan pneumonia ini.
2. Tidak boleh imunisasi
Mitos: Anak yang mengalami batuk-pilek tidak boleh diimuniasi.
Fakta: Selesma bukan kontraindikasi imunisasi. Penundaan imunikasi akibat selesma berulang justru menempatkan anak pada risiko mengalami sakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi.
3. Batuk dengan lender
Mitos: Batuk dan pilek dengan lendir yang sudah berubah warna menjadi hijau menandakan infeksi bakteri yang harus diobati dengan antibiotik.
Fakta: Ledir atau ingus yang berwarna disebabkan oleh kolonisasi bakteri normal dan tidak mengindikasikan harus dilakukan pemberian antibiotik.
4. Batuk tak kunjung sembuh
Mitos: Batuk yang tidak kunjung sembuh dan bada terlihat kurus dicurigai ke arah Tuberkulosir (TB) paru.
Fakta: Gejala TB paru pada anak cukup kompleks. Hal itu berbeda dengan orang dewasa yang dapat dicurigai adanya TB paru jika mengalami batuk lebih dari 2 minggu.
Penyebab batuk
Melansir Buku Health is Easy (2014) karya dr. Dhiana Ayudhitya dan dr. Inggriani Tjuatja, batuk dapat disebabkan oleh banyak hal.
Berikut ini beberapa penyebabnya:
https://health.kompas.com/read/2020/03/15/060200168/4-mitos-dan-fakta-seputar-batuk