KOMPAS.com – Penyebab batuk setelah makan bisa bermacam-macam.
Batuk adalah cara tubuh untuk mencoba menjauhkan iritan dari sistem pernapasan.
Iritan terkadang dapat masuk ke dalam tubuh saat makan dan hal ini bisa menyebabkan batuk.
Jika batuk setelah makan sering terjadi, seseorang sebaiknya dapat berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebabnya.
Setelah penyebab batuk setelah makan diketahui, seseorang dapat membuat sejumlah perubahan gaya hidup atau mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasinya.
Penyebab batuk setelah makan
Penyebab batuk setelah makan penting dicari tahu karena kejadian tersebut bisa menjadi tanda adanya penyakit.
Berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab batuk setelah makan yang bisa terjadi:
1. Alergi
Alergi adalah penyebab batuk setelah makan yang umum terjadi.
Dilansir dari Medical News Today, alergi dapat berkembang pada usia berapa pun, tetapi biasanya berkembang selama masa kanak-kanak.
Ketika seseorang memiliki alergi makanan, sistem kekebalan tubuhnya bereaksi berlebihan terhadap apa yang diyakini atau dianggap sebagai zat berbahaya.
Selain batuk setelah makan, gejala alergi makanan dapat berupa:
Ada beberapa makanan yang umum menjadi penyebab alergi pada orang-orang.
Ini mungkin termasuk:
Seseorang dapat memiliki alergi terhadap satu atau lebih makanan.
Jika seseorang mengalami batuk karena alergi makanan, penting baginya untuk mengetahui makanan apa yang memicu batuk.
Dokter dapat membantu menentukan makanan yang menyebabkan reaksi.
2. Asma
Asma adalah penyakit kronis yang menyerang paru-paru.
Asma dapat menyebabkan mengi, perasaan sesak di dada, dan batuk.
Asma biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, tetapi juga dapat muncul ketika seseorang beranjak dewasa.
Batuk yang disebabkan oleh asma biasanya bakal memburuk saat larut malam atau dini hari.
Gejala asma akan memburuk selama serangan.
Ada banyak hal yang bisa memicu serangan asma, di antaranya sulfit.
Sufit adalah aditif umum yang ditemukan di banyak minuman dan makanan.
Ini termasuk:
Jika seseorang cenderung batuk setelah makan atau minum salah satu dari makanan di atas, asma bisa menjadi penyebabnya.
Di samping itu, makanan apa pun yang menyebabkan seseorang mengalami reaksi alergi juga dapat memicu serangan asma.
3. Disfagia
Disfagia adalah kondisi yang menyebabkan kesulitan menelan.
Ketika disfagia terjadi, tubuh seseorang mengalami kesulitan untuk memindahkan makanan dan minuman dari mulut ke perut. Ini dapat menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Disfagia dapat membuat seseorang merasa seolah-olah makanan telah tersangkut di tenggorokan.
Perasaan ini dapat menyebabkan tersedak atau batuk setelah makan saat tubuh mencoba membersihkan sumbatan yang dirasakan dari tenggorokan.
Kondisi seperti refluks asam sering menjadi penyebab disfagia.
Seorang dokter dapat menentukan penyebab yang mendasarinya.
4. Refluks asam lambung
Refluks asam lambung bisa terjadi ketika otot atau katup di bagian bawah kerongkongan menjadi lemah atau kendur.
Pada kondisi normal, katup yang disebut sebagai sfingter esofagus bagian bawah atau lower esophageal sphincter (LES) itu dapat kembali tertutup setelah dilewati makanan.
Tapi begitu ada masalah, kinerja sfingter esofagus bagian bawah ini bisa terganggu sehingga tidak tertutup sempurna atau terkadang terbuka.
Ketika katup tidak mengencang dengan benar, asam yang diproduksi di lambung dapat bocor atau naik ke kerongkongan.
Asam lambung ini dapat mengiritasi kerongkongan dan menyebabkan batuk.
Gejala asam lambung naik lainnya bisa termasuk:
Refluks asam lambung yang lebih sering terjadi dapat disebabkan oleh dua kondisi, yakni gastroesophageal reflux disease (GERD) dan laryngopharyngeal reflux (LPR).
Dilansir dari Health Line, GERD adalah bentuk refluks asam yang lebih parah dan berkelanjutan.
Batuk kronis, terutama yang terjadi setelah makan adalah gejala umum GERD.
Gejala GERD lainnya meliputi:
Sementara itu, LPR adalah kondisi ketika asam lambung naik sampai ke tenggorokan, kotak suara (laring), atau bahkan saluran hidung.
LPR kadang-kadang disebut juga sebagai silent reflux karena tidak memiliki gejala refluks khas seperti pada kasus GERD.
Seseorang bisa menderita LPR dengan atau tanpa GERD.
LPR bisa membuat seseorang batuk selama atau setelah makan.
Penderita mungkin juga batuk saat bangun tidur, berbicara, atau tertawa.
Gejala LPR lainnya bisa meliputi:
Seseorang yang mencurigai memiliki gejala LPR sebaiknya dapat segera berkonsultasi dengan dokter.
LPR yang tidak diobati pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan suara atau radang tenggorokan.
Jadi, pengobatan dini menjadi kunci mencegah komplikasi.
Tidak ada obat untuk refluks asam lambung, GERD, atau LPR.
Meski begitu, obat-obatan tertentu dan perawatan di rumah dapat membantu seseorang untuk mengelola gejalanya.
5. Pneumonia aspirasi
Dimungkinkan untuk menghirup partikel kecil cairan atau makanan saat makan. Pada orang sehat, paru-paru akan mengeluarkan partikel tersebut melalui batuk.
Terkadang, paru-paru mungkin tidak cukup sehat untuk menghilangkan partikel-partikel kecil. Ketika ini terjadi, bakteri dari makanan dapat terperangkap di paru-paru, mengakibatkan pneumonia aspirasi.
Seseorang diketahui berada pada peningkatan risiko untuk mengembangkan pneumonia aspirasi jika dirinya memiliki refluks asam lambung atau disfagia.
Batuk yang terdengar basah setelah makan adalah gejala pneumonia aspirasi.
Penderita juga mungkin batuk lendir yang terlihat hijau atau berdarah.
Gejala pneumonia aspirasi lainnya bisa termasuk:
Jika tidak diobati, pneumonia aspirasi dapat menyebabkan masalah serius, seperti abses paru-paru atau gagal napas.
Jadi, selalu bicarakan dengan dokter sesegera untuk siapa saja yang berpikir dirinya mungkin menderita pneumonia aspirasi.
6. Infeksi saluran pernapasan
Banyak batuk disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas.
Batuk ini biasanya dapat sembuh dalam dua hingga tiga minggu.
Setiap batuk yang berlangsung 8 minggu atau lebih dianggap kronis.
Batuk kronis setelah makan bisa disebabkan oleh infeksi yang tidak kunjung sembuh dengan baik.
Batuk yang disebabkan oleh infeksi terdengar seperti batuk yang keras, kering, dan terus-menerus.
Batuk ini bisa menyebabkan peradangan pada saluran napas yang dapat menyebabkan batuk lebih banyak.
Batuk yang disebabkan oleh infeksi sulit diobati karena siklus peradangan dan batuk mencegah penyembuhan.
Jika batuk tidak hilang, dokter mungkin meresepkan anti-inflamasi, seperti steroid inhalasi atau oral.
Kapan harus ke dokter ketika batuk setelah makan?
Pada dasarnya tidak semua orang yang mengalami batuk setelah makan perlu pergi ke dokter.
Namun, adalah ide yang baik untuk dapat menemui dokter untuk batuk setelah makan ketika:
https://health.kompas.com/read/2021/10/26/140200468/6-penyebab-batuk-setelah-makan-yang-perlu-diwaspadai