Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Eva Susanti menyebut, faktor penyebab asma kambuh bisa berasal dari ketergantungan inhaler obat asma jenis pelega short-acting beta-agonist (SABA).
“Penderita asma yang terlalu bergantung dengan inhaler pelega SABA berisiko tinggi mengalami serangan asma, dirawat di rumah sakit, sampai mengalami kematian,” jelas Eva, dilansir dari Antara (10/5/2023).
Ketergantungan inhaler penyebab asma kambuh
Berdasarkan studi Sabina (SABA Use in Asthma), penggunaan inhaler SABA minimal tiga kanister per tahun meningkatkan risiko penyakit asma kambuh.
Temuan studi Global Initiative for Asthma (Gina) sepanjang 2019-2022 juga melaporkan hal yang sama.
Dari riset tersebut, penggunaan inhaler pelega SABA secara rutin justru kurang efektif mengatasi asma, meningkatkan risiko peradangan saluran napas, mendorong penggunaan obat berlebihan sampai ketergantungan.
Sayangnya, kebiasaan penggunaan inhaler ini susah dihentikan lantaran obat asma ini sudah digunakan sebagai terapi lini pertama selama 50 tahun lebih.
Untuk mengantisipasi masalah kesehatan yang bisa menurunkan kualitas hidup ini, Eva menganjurkan penderita asma menjalani pengobatan yang tepat.
Ia menyebutkan, jenis obat asma yang tepat adalah obat yang mengandung zat ICS (antiperadangan atau antiinflamasi), contohnya kombinasi ICS-Formoterol.
Penyebab asma kambuh
Selain penggunaan inhaler asma yang kurang tepat, ada beberapa faktor penyebab asma kambuh.
Dilansir dari Asthma and Allergy Foundation of America, berikut beberapa di antaranya:
Selain menggunakan obat asma yang tepat sesuai anjuran dokter, ada baiknya penderita asma juga menghindari faktor penyebab asma kambuh di atas. Dengan begitu, penyakit ini bisa dikontrol.
https://health.kompas.com/read/2023/05/14/060100968/lebih-dari-50-persen-penyakit-asma-kambuh-apa-penyebabnya