JAKARTA, KOMPAS.com — Kanker bisa diobati dengan mengonsumsi herbal atau buah-buahan. Dari banyak herbal tersebut, sirsak punya keunggulan dibandingkan buah lain.
Sirsak diketahui bisa mencegah dan juga ampuh untuk mengobati beberapa jenis kanker. "Untuk sirsak sendiri telah diteliti dapat mengobati kanker usus besar (kolon), kanker paru-paru, kanker pankreas, kanker prostat, dan juga kanker buah dada (payudara)," ucap dr Hardhi Pranata, SpS, selaku Ketua Umum Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI).
Bagian sirsak yang bermanfaat untuk obat kanker adalah batang, daun, dan juga buahnya atau dalam bentuk jus. Buahnya bisa dimakan langsung, dibikin jus, atau daunnya direbus kemudian hasil rebusannya diminum.
"Bisa dengan cara minum jus buah sirsak atau dengan cara merebus 9 lembar daun sirsak dan minum air rebusan tersebut lalu dimonitor keadaannya. Biasanya nafsu makan akan meningkat dan pertumbuhan sel-sel kankernya akan terhambat," ungkap dr Hardhi.
Dia juga menjelaskan, sirsak mengandung senyawa saponin, polifenol, dan juga bioflavonoid yang memiliki khasiat sebagai antioksidan. Nah, cara membunuh sel kanker oleh sirsak inilah yang berbeda dengan herbal lainnya. Sirsak hanya membunuh sel-sel yang tumbuhnya abnormal atau sel-sel spesifik seperti radikal bebas yang ada sel-sel kankernya. Tapi sirsak tidak merusak sel-sel yang sehat.
Selain memiliki rasa yang enak, buah sirsak ini juga membantu memelihara kesehatan, mencegah penyakit, dan mengobati penyakit. Hal ini karena buah sirsak juga bisa menurunkan tekanan darah, anti-parasit, obat penenang yang berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh serta mengatasi depresi, radang sendi, dan juga untuk asam urat.
"Konsumsi buah sirsak ini harus digalakkan lagi agar tidak punah karena banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan mengonsumsi buah ini," ujar dokter yang praktik di RSPAD Gatot Subroto ini.
Untuk di Indonesia, penelitian mengenai khasiat sirsak dan tanaman obat lainnya ini akan dilakukan dalam waktu dekat. Dalam studi ini, RS Kanker Dharmais akan bekerja sama dengan Nanjing University of Chinese Medicine yang difasilitasi PDHMI. Dalam penelitian ini akan dilakukan terapi kombinasi antara obat-obatan dan juga herbal.
"MoU kerja sama ini sudah ditandatangani dan diperkirakan mulai bulan Desember sudah mulai dilakukan penelitian di Indonesia," imbuh dr Hardhi.
Dia menuturkan bahwa di Nanjing University, terapi kombinasi ini sudah dilakukan. Pasien-pasien kanker di sana tidak mengalami mual, rambut rontok, berat badan menurun, dan bisa tetap berjalan-jalan seperti biasa.