JAKARTA, KOMPAS.com — Problem seks sangat beragam. Gangguan bisa dimulai dari hasrat yang tidak menyala, sakit saat berhubungan intim, hingga gangguan ereksi. Banyak di antara gangguan itu dapat diatasi menggunakan obat dan terapi. Namun, salah satu gangguan seks yang tergolong sulit dihadapi adalah kecanduan.
Kecanduan seks (sexual addiction) sering dianggap bukan merupakan masalah bagi banyak orang. Padahal, bagi penderita dan pasangan hidupnya, gangguan itu bisa sangat merusak. Tidak hanya merusak kehidupan pribadi penderitanya, tetapi juga lingkungan sosial, keluarga, dan terutama pasangan hidup penderita (baca boks: Bentuk Kecanduan dan Akibatnya).
Menurut para ahli, kecanduan seksual adalah kegiatan seks yang sesuai ukuran kelaziman tergolong di luar kendali. Pengidap kecanduan seks merasa terdorong untuk mendapatkan dan membenamkan diri dalam kegiatan seksual, meski menyadari semua risiko yang mungkin dihadapi.
Seks bisa menimbulkan kecanduan sebagaimana alkohol dan obat-obat terlarang. Saat berkegiatan seks, tubuh melepaskan senyawa kimia yang membuat tubuh kita menjadi nyaman. Sejumlah orang menjadi kecanduan untuk mengeluarkan senyawa kimia ini dan menjadi terobsesi untuk mendapatkan lagi dan lagi dan lagi, rasa nyaman yang ditimbulkan.
Sebagaimana kecanduan terhadap yang lainnya, tubuh semakin terbiasa dengan terlepasnya senyawa kimia tersebut. Tubuh pecandu butuh jumlah yang semakin banyak, semakin banyak, dan semakin banyak, yang artinya merasa butuh ngeseks terus, tak pernah ada puasnya.
Di antara terpenuhinya kebutuhan seksual dan senyawa kimia yang tinggi, muncullah keterpurukan. Hal ini sering dikenali dengan adanya perasaan malu, menyesal, menderita, memelas, dan gelisah. Pengidap kecanduan bisa merasa terpencil, terisolasi, dan tak berdaya untuk mengubah perilakunya. Nah, seiring dengan terus berputarnya lingkaran tak berujung itu, pengidap kecanduan terus berupaya mendapatkan seks sebagai upaya untuk melarikan diri dari perasaan yang membelenggu.
Lebih dari 6 persen
Menurut perkiraan konservatif, 3 hingga 6 persen dari populasi masyarakat mengidap kecanduan seks dan 20 persen di antaranya adalah wanita. Mereka berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Namun, angka tiga hingga enam persen itu diperkirakan terlalu rendah dari jumlah pengidap sesungguhnya.
Mengingat kecanduan seks lazim disertai dengan perasaan malu dan tercela, menurut situs milik Dr Patrick Carnes, seorang konsultan dan pakar kecanduan seks terkemuka, www.sexhelp.com, pengidap jadi sering menemukan kesulitan untuk mendapatkan pertolongan. Karena alasan ini pula, tipe profil penderita kecanduan seks sulit didapatkan.
Sejak dibukanya internet dengan aneka jasa layanan seksual yang murah tanpa harus membuka identitas diri peminatnya, para ahli hanya bisa tahu bahwa pengidap kecanduan seks itu meningkat tajam tanpa tahu persis jati diri mereka. Dengan terbatasnya layanan pertolongan bagi penderita, para ahli berpendapat jumlah penderita kecanduan seks itu akan terus meningkat.
Lalu, seperti apakah tanda-tanda dari mereka yang menderita kecanduan seks? Dr Patrick Carnes mengisyaratkan adanya 10 kemungkinan tanda yang perlu diwaspadai:
1. Merasakan bahwa perilaku Anda tidak terkendali.
2. Sadar bisa muncul akibat yang parah bila Anda terus berlanjut dengan perilaku itu.
3. Merasa tak sanggup menghentikan perilaku Anda meski sadar akan akibatnya.
4. Tetap memburu kegiatan yang destruktif dan/atau berisiko tinggi itu.
5. Terus berharap akan menghentikan atau mengendalikan apa yang Anda lakukan dan bertindak aktif untuk membatasi kegiatan berbahaya yang Anda lakukan.
6. Menggunakan fantasi-fantasi seksual sebagai cara untuk mengatasi perasaan atau situasi sulit.
7. Butuh ngeseks terus-menerus agar selalu merasa nikmat.
8. Menderita akibat perasaan yang terus bergejolak di seputar kegiatan seks.
9. Menghabiskan banyak waktu guna merencanakan, melakukan, atau menyesali dan melakukan lagi kegiatan seksual.
10. Mengabaikan kegiatan sosial, kegiatan kantoran, dan kegiatan rekreasional yang penting demi seks.
Perlu mengakui
Bila Anda melihat ada salah satu dari tanda-tanda di atas yang terdapat dalam perilaku Anda, langkah terpenting yang dapat dilakukan adalah mengakui bahwa kecanduan seksual adalah suatu problem yang nyata dan tidak bisa hilang begitu saja atau akan hilang dengan sendirinya. Anda harus memilih sikap bertanggung jawab secara pribadi demi pulihnya gangguan yang bisa jadi sedang Anda alami.
Umumnya pengidap gangguan seks memang merasa kesulitan untuk mengubah sendiri perilaku mereka. Namun, setidaknya sedikit demi sedikit Anda harus mampu meminimalisasi perilaku sebagaimana tergambar pada tanda-tanda di atas meski kadang siklus datangnya dorongan untuk mengulangi perbuatan terlalu kuat untuk dilawan. Seorang terapis profesional dapat membantu Anda untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi dan mendorong Anda mengambil langkah untuk berubah menuju ke gaya hidup seksual yang lebih sehat.
Sebaliknya, bila Anda menduga bahwa pasangan hidup Anda adalah penderita kecanduan seks, sudah seharusnya Anda membantu untuk mengubah perilaku tersebut. Sikap mental yang perlu Anda persiapkan untuk diri sendiri adalah, tak seorang pun akan sembuh dari kecanduan kecuali menerima bahwa mereka mengidap suatu gangguan dan ingin berubah. Karena itu, bantulah memperkuat tekad pasangan Anda yang kecanduan agar semakin kuat kemauannya untuk melakukan perubahan.
Memang repot, menyakitkan, dan membingungkan punya pasangan yang kecanduan seks. Kalau di masyarakat Barat, bahkan tersedia bantuan bagi mereka yang memiliki pasangan pecandu seks. Bantuan itu bisa bersifat pribadi maupun dalam bentuk kelompok pendamping (support group). Nah, meski di sini belum tersedia layanan seperti itu, Anda bisa ngintip-ngintip mencari wawasan, misalnya saja ke Sex Addicts Anonymous, situs internasional yang menyediakan informasi bantuan dari Inggris di www.saa-recovery.org atau di British Association of Sexual and Relationship Therapists, yang menawarkan direktori terapis seks pribadi di: www.basrt.org.uk.
Bentuk kecanduan dan akibatnya
Kecanduan seks dapat memperlihatkan berbagai bentuk, tetapi umumnya dikenali dari perilaku yang terasa di luar kendali. Perilaku ini mencakup:
- Menghabiskan banyak waktu untuk menikmati produk-produk pornografi
- Masturbasi tak terkendali
- Ekshibisionisme
- Voyeurisme
- Fetishes
- Seks berisiko tinggi
- Pelacuran
- Telepon seks dan ngeseks lewat internet
- Perselingkuhan
- Berhubungan seks dengan pasangan yang baru saat itu dikenal
Menurut Dr Carne, survei mengungkapkan akibat dari perilaku kecanduan seks, antara lain:
70 persen mengalami gangguan yang parah dengan pasangan hidupnya
40 persen kehilangan pasangan hidup
27 persen kehilangan peluang dalam karier
40 persen mengalami kehamilan yang tak diinginkan
72 persen terobsesi ingin bunuh diri
17 persen mencoba bunuh diri
68 persen terkena penyakit menular seksual.