JAKARTA, KOMPAS —
”Negara berkembang di satu sisi berusaha mengurangi kemiskinan dengan memperbesar investasi pendidikan dan kesehatan, tetapi juga menghadapi adiksi tembakau,” ujar Sekretaris
Surin mengungkapkan, ”Dana tembakau dapat dialihkan untuk pendidikan, rumah, dan kebutuhan pokok. Generasi berikut akan lebih baik dan kita menyelesaikan masalah kemiskinan.” Kendala mengendalikan tembakau karena ada adiksi di kalangan pengguna dan resistensi industri. Menurut dia, keberhasilan ditentukan komitmen politik pemimpin dan komunikasi ke masyarakat agar paham pentingnya pengendalian tembakau.
Di India, Rijo M John, PhD dari American Cancer Society, AS, mengatakan, konsumsi tembakau meningkatkan angka kemiskinan 1,6 persen di desa dan 0,8 persen di kota—menambah sekitar 15 juta orang miskin di India. Dari penelitian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, menurut Abdillah Ahsan, ”Uang untuk rokok sembilan kali pengeluaran pendidikan dan 15 kali pengeluaran kesehatan.” (Indira Permanasari dari Sydney)