Yang bisa mengancam kehidupan yakni penyakit kardiovaskular, kondisi yang berkaitan dengan insulin resisten, seperti diabetes tipe 2, kanker tertentu yang berkaitan dengan hormon dan kanker kolorektal, serta kantong empedu.
Kunci sukses untuk mengatasi masalah obesitas yaitu dengan mencapai keseimbangan energi antara jumlah kalori yang dikonsumsi dan jumlah kalori yang digunakan.
Yang bisa dilakukan untuk mencapai sasaran ini, masyarakat dapat membatasi energi yang diambil dari total lemak jenuh dan mengalihkannya ke lemak tidak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran—seperti tumbuhan polong, biji-bijian, dan kacang—serta membatasi gula. Untuk peningkatan penggunaan kalori aktivitas fisik perlu ditingkatkan dengan beraktivitas fisik paling sedikit 30 menit tiap hari.
Mengancam anak-anak
Dunia mulai menaruh perhatian pada obesitas karena kondisi itu juga mewabah di kalangan anak-anak. Peningkatan wabah ini merefleksikan perubahan yang serius di masyarakat dan pola-pola tingkah laku masyarakat dalam dekade ini.
Persoalan global dengan cepat memengaruhi negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Prevalensinya meningkat hingga ke tingkat yang mesti diwaspadai.
Secara global, pada 2010, jumlah anak-anak di bawah lima tahun yang overweight diperkirakan lebih dari 42 juta. Hampir 35 juta tinggal di negara-negara berkembang. Overweight dan obesitas yang dimulai pada usia anak-anak berpotensi tetap terjadi ketika dewasa. Bahkan, kemungkinan berkembang menjadi penyakit tidak menular, seperti diabetes dan kardiovaskular di usia yang lebih muda.
Overweight dan obesitas yang dicegah sejak dini dapat mencegah munculnya penyakit-penyakit kronis yang memperpendek usia seseorang. Karena itu, pencegahan pada anak-anak perlu prioritas tinggi.
Ancaman obesitas di kalangan anak-anak juga melanda Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2007, prevalensi obesitas pada anak-anak usia 6 dan 14 tahun mencapai 9,5 persen untuk pria, sedangkan pada perempuan mencapai 6,4 persen. Kondisi ini meningkat dari tahun 1990-an yang berkisar 4 persen.
Apalagi tingkat kebugaran para siswa tingkat dasar dan menengah di Indonesia ternyata amat memprihatinkan. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan yang berdampak tidak terbentuknya budaya hidup sehat dan bugar di kalangan generasi muda.