Kompas.com - Kolik infantil sebenarnya bukan penyakit yang membahayakan kesehatan bayi, namun kondisi bayi yang menangis tanpa sebab hampir berjam-jam bisa membuat bingung orangtua. Kejadian ini dialami hampir sekitar 20 persen bayi baru lahir sampai berusia 4 bulan.
Hingga saat ini memang belum diketahui penyebab pasti kolik. Para ahli hanya menduga beberapa pemicunya, yakni alergi, hormon dalam susu, atau stres yang dialami bayi sejak di kandungan.
Belakangan ini para ahli mulai menghubungkan kolik dengan inflamasi di dalam pencernaan. Salah satu pemicunya adalah terlalu banyak bakteri jahat dan kekurangan bakteri baik.
Pada sebuah studi tahun 2009, para ahli menemukan bahwa bayi-bayi yang menderita kolik memiliki inflamasi pencernaan. Ditemukannya bakteri di usus mereka semakin menguatkan dugaan ini. Sebagai perbandingan, bayi yang tidak kolik tidak mengalami inflamasi dan jumlah bakteri baik dalam ususnya lebih banyak.
Pertanyaanya, apakah bakteri baik bisa menyembuhkan kolik? Mungkin saja. Karena di tahun 2008 para peneliti dari Italia meneliti 83 bayi kolik yang diberikan ASI.
Selama 28 hari, beberapa bayi diberikan simethicone, obat untuk mengurangi gas di perut. Bayi lainnya mendapat suplemen yang mengandung L.reuteri, bakteri baik yang dikenal sebagai probiotik dan biasa terdapat dalam yogurt.
Di akhir penelitian, bayi yang mendapat probiotik frekuensi menangisnya hanya 51 menit setiap hari, jauh lebih sedikit dibanding bayi dari kelompok kontrol yang menangis 2,5 jam.
Penelitian di tahun 2010 juga mendapatkan hasil yang kurang lebih sama. "Perubahan komposisi mikroba di usus dengan pemberian probiotik bisa disertakan dalam pembuktian klinik,"tulis para peneliti dalam laporannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.