Oleh: Gregorius Magnus Finesso
KOMPAS.com - MUDIK di berbagai ruas Pulau Jawa selalu identik dengan kemacetan dan perjalanan panjang nan melelahkan. Guna menyiasati hal itu, ritual tahunan ini ada baiknya dilakukan dengan santai sembari berlibur.
Menikmati panorama alam di sepanjang perjalanan menuju kampung halaman bisa jadi resepnya. Nah, pemudik yang melintasi jalur tengah Provinsi Jawa Tengah, pesona lembah Gunung Sumbing-Sindoro bisa jadi obat penawar penat.
Pemudik yang hendak menuju wilayah selatan Jateng, seperti Magelang, Purworejo, dan Yogyakarta serta ingin menghindari keruwetan jalur pantai utara Jawa (pantura), cobalah mengambil jalur tengah sebagai alternatif. Kawasan ini terletak di tengah-tengah Palau Jawa dan dilalui jalur Purwokerto-Purbalingga-Banjarnegara-Wonosobo-Temanggung-Salatiga-Boyolali-Solo-Sragen.
Wonosobo juga menghubungkan kota-kota di sebelah barat (Cilacap, Purwokerto, dan Tegal) dengan kota lain di sebelah timur (Solo, Semarang, dan Yogyakarta) serta dilalui sebagai jalur alternatif penghubung Jakarta-Surabaya.
Jalur Wonosobo-Parakan di perbatasan Wonosobo-Temanggung kini kian padat. Dengan jalan berkelok-kelok dan naik turun dengan cuaca yang kadang kurang mendukung, seperti hujan deras bahkan kabut tebal, rehat sejenak sangat disarankan. Perjalanan jarak jauh menyebabkan kondisi kendaraan dan pengendara menurun.
Faktor human error, aspek teknis kendaraan, dan kondisi alam menjadi penyebab sering terjadinya kecelakaan. Perlu istirahat sebentar agar kondisi pengendara dan kendaraan pulih kembali sehingga siap melanjutkan perjalanan.
Secara geografis, Gunung Sumbing berada di sebelah barat daya kota Temanggung dan sebelah timur kota Wonosobo. Sedangkan Sindoro di sebelah barat laut Temanggung dan timur laut Wonosobo. Letak lembah ini juga tidak begitu jauh dari dataran tinggi Dieng. Keduanya memiliki bentuk dan tinggi yang hampir sama. Tinggi Gunung Sumbing sekitar 3.340 meter dari permukaan laut, sedikit lebih tinggi daripada Sindoro (3.155 mdpl). Alam indah khas pegunungan menjadi suguhan utama.
Seperti pada Minggu (10/7/2011) pagi, semburat sinar mentari tampak di balik kedua gunung itu. Tampak petani tembakau sedang mengairi ladang. Ada juga yang menyemprot tanaman tembakau dengan antihama. Namun, ketika siang menjelang, kabut tipis biasanya akan segera menutupi kedua puncaknya bak selimut kapas yang menyembunyikan kegagahan kedua "raksasa" ini.
Selain panorama alam nan indah, dengan udara sejuk segar, daerah-daerah di lereng Sumbing-Sindoro kini juga menawarkan agrowisata, terutama perkebunan kelengkeng, tembakau, vanili, kopi, dan teh. Kondisi alamnya hampir sama dengan Gunung Mas di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Kledung Pass Salah satu kawasan yang diapit lembah Sindoro-Sumbing adalah Medung yang dilewati para pengguna jalan di jalur Parakan-Wonosobo. Banyak pengendara heristirahat di tempat ini sekadar untuk menyesapi keindahan panorama alam di sekelilingnya yang bisa menyegarkan tubuh dan pikiran. Banyak hal yang bisa dijumpai. Selain keindahan alam, lembah Sindoro-Sumbing juga menawarkan kehangatan dan senyum ramah penduduknya. Terlebih kala melihat aktivitas mereka saat musim tembakau tiba.
Di sepanjang jalur yang berada di ketinggian 800-2.000 mdpl ini telah berjajar pelbagai restoran yang menywarkan aneka makanan dan minuman yang dapat Anda cicipi sembari menikmati panorama alam. Sempatkan menjajal aneka kopi di Trading House Kopi Sumbing-Sindoro yang menjuluki diri sebagai warungnya petani kopi Jawa Tengah.
Jika ingin bermalam, ada sebuah tempat yang sangat cocok untuk menyaksikan kedua gunung ini, yaitu Medung Pass, sebuah hotel kelas melati yang berdiri di tengah-tengah antara Gunung Sindoro dan Sumbing. Hotel Medung Pass menjadi semacam menara pandang yang ideal karena hotel ini menghadap ke Gunung Sumbing dan di belakangnya adalah pemandangan Gunung Sindoro.
Bagi Anda dengan tujuan mudik di daerah sekitar Sumbing-Sindoro dan menyukai tantangan, boleh juga menjajal trek kedua gunung ini. Pendakian Sindoro-Sumbing biasanya dimulai dari Kledung. Jalur pendakian yang menantang, hamparan perkebunan teh, aneka ladang sayur, deretan pohon pinus, dan jalur berliku-liku di lembah kedua gunung itu membuat penasaran para penghobi aktivitas luar ruang ini.
Namun, jika pun hanya mampir untuk rehat sejenak, menyeruput barang satu hingga dua cangkir kopi panas kental ditemani semilir angin lembah tentunya cukup menyegarkan badan dan membuat Anda kembali fresh melanjutkan perjalanan mudik. Jangan pula lupa membeli manisan khas buah carica dan keripik jamur sebagai oleh-oleh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.