Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Gangguan Kesehatan Khas Pelari Maraton

Kompas.com - 05/11/2011, 13:19 WIB

KOMPAS.com — Pada tahun 1996, Uta Pippig menjadi perempuan pertama yang memenangkan Boston Marathon tiga kali berturut-turut. Kemenangan itu menjadi bersejarah karena ia tertangkap kamera televisi mencapai garis finis dengan darah menstruasi dan diare mengalir di kakinya.

Menurut Pippig, ia mengalami kram perut setelah menempuh jarak 8 kilometer dalam perlombaan. Tak lama kemudian ia mengalami diare. "Saya menyadari bahwa bukan cuma saya yang mengalami itu, tapi ini akibat pertandingan ini," katanya.

Meskipun merasa tidak nyaman, ia mengaku berusaha tetap fokus untuk memenangkan lomba dan tetap berlari semampunya.

Setelah memenangkan lomba itu, di kemudian hari ia didiagnosis menderita ischemic colitis atau penyakit peradangan perut.

"Bila hal itu terjadi lagi, bahkan meski saya berada memimpin perlombaan, saya akan berhenti berlari. Saya baru menyadari, itu adalah isyarat tubuh bahwa saya sakit," katanya.

Menurut Lewis Maharam, dokter spesialis olahraga, jenis cedera yang paling sering dialami para pelari adalah kaki lecet dan melepuh, serta cedera otot. Meski demikian, ia menyebutkan ada beberapa gangguan kesehatan yang sering dialami para pelari maraton.

1. Perut mulas

Selama atau sesudah berlari dalam jarak yang jauh, sistem pencernaan tubuh ikut "berlari" sehingga akan timbul gejala kembung, kram perut, dan perasaan mulas untuk buang air besar. Menurut Muharam, hal itu lebih banyak disebabkan asupan yang salah.

"Hindari makanan yang tinggi lemak sebelum berlomba. Selain itu, usahakan buang air besar sedikitnya dua kali sebelumnya untuk mengosongkan usus," kata direktur medis New York City Marathon ini.

2. Hyponatremia

Beberapa pelari maraton khawatir minum terlalu sedikit selama perlombaan, tetapi minum berlebihan ketika kita sedang berkeringat banyak bisa menyebabkan pengurangan konsentrasi sodium dalam darah atau yang disebut hyponatremia.

Gangguan ini memiliki gejala mirip dengan dehidrasi yakni mual dan pusing. Pelari yang lambat dan perempuan adalah yang paling berisiko karena ukuran tubuhnya lebih kecil. Untuk menyiasatinya, minumlah hanya ketika haus.

3. Iritasi kulit

Keringat, gerakan terus-menerus, dan bahan pakaian menjadi kombinasi yang bisa menyebabkan kulit tergosok, bahkan di bagian yang tak terduga. Pelari sering mengalami iritasi di ketiak, paha dalam, dan mata kaki. Pada wanita, iritasi ketiak yang paling sering ada di sepanjang garis kutang. Sementara pada pria bagian puting mereka bisa tergores dan berdarah.

Untuk menyiasatinya, berikan pelumas di area tubuh yang lembut. "Hindari memakai kaus baru di hari pertandingan," kata Maharam yang juga menulis buku Running Doc's Guide to Healthy Running.

4. Kuku kaki menghitam

Sepatu yang terlalu sempit bisa menyebabkan kuku kaki menyentuh bagian ujung sepatu sehingga sirkulasi darah tidak lancar dan membuat kuku berwarna kehitaman. Karena itu, gunakan sepatu yang nyaman dan memiliki jarak antara ujung jari dan ujung sepatu.

5. Sempoyongan

Akibat pengeluaran energi yang begitu besar, tubuh akan memakai lemak sebagai cadangan energi setelah karbohidrat. Padahal, energi dari lemak ini kurang efisien sehingga lama kelamaan kaki menjadi lambat.

Walau ada beberapa gangguan kesehatan, Maharam menekankan, olahraga ini menyehatkan tubuh dan jiwa. Namun, jika Anda merasa ada yang tidak nyaman selama berlari, berhentilah. Yang terutama adalah kesehatan, bukan kemenangan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau