TANYA :
Prof, menurut sebuah laporan dari koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, Senin (5/3/2012) lalu, ada suatu penelitian terbaru yang menyimpulkan bahwa bayi yang tidak disunat menghadapi risiko terkena infeksi saluran kemih, dan pembengkakan ginjal 10 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang disunat. Ketika dewasa juga, risiko terkena kanker prostat dan kanker penis lebih tinggi, dan risiko terkena HIV dan sifilis 3 sampai 8 kali lebih tinggi. Bagi wanita dari pasangan pria yang tidak disunat, resiko terkena kanker leher rahim empat kali lebih tinggi. Apakah hal hal diatas tersebut benar ? kalau benar berarti saya harus disunat ? Kemudian, apakah ada risikonya kalau sunat pada saat sudah dewasa seperti saya ini ?
(Robin T, 20,Palembang)
JAWAB :
Saya belum sempat membaca hasil penelitian itu. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua hasil penelitian dianggap benar dan diterima oleh komunitas terkait. Artinya, hasil penelitian perlu dikonfirmasi oleh penelitian lain sebelum menjadi kesimpulan secara internasional.
Tetapi saya ingin memberi gambaran, kalau benar laporan penelitian seperti itu, tentu mengundang pertanyaan. Sebagai contoh, kasus kanker prostat juga banyak didapat di negara di mana sunat merupakan suatu keharusan. Demikian juga kasus kanker leher rahim ternyata banyak dijumpai di Indonesia.
Jadi, saya pikir hasil penelitian itu sangat perlu dikonfirmasi dengan penelitian lain. Masalahnya, mungkin tidak banyak negara yang menerapkan sunat pada saat bayi (bukan anak-anak) seperti yang dilakukan oleh kalangan Yahudi.
Tetapi kalau Anda ingin disunat ya silakan saja. Risikonya tidak ada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.