19 Juta Anak Belum Terjangkau Imunisasi

Kompas.com - 23/07/2012, 08:13 WIB

KOMPAS.com - Setiap tahunnya, satu dari lima anak – atau sekitar 19 juta anak-anak di seluruh dunia - tidak terjangkau pelayanan imunisasi. Program imunisasi juga masih menjadi masalah di Indonesia. Karena sejak 2006, Indonesia termasuk sebagai salah satu dari enam negara yang  teridentifikasi memiliki jumlah tertinggi anak-anak yang tidak terjangkau imunisasi.

Demikian diungkapkan organisasi medis kemanusiaan dunia Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas dalam sebuah siaran pers menyambut Hari Anak Nasional yang jatuh pada Senin (23/7/2012) ini.

Menurut MSF, sekitar 70 persen dari anak-anak di Kongo, India, Nigeria, Ethiopia, Indonesia, dan Pakistan belum  terjangkau program imunisasi rutin tersebar. Rencana Aksi Vaksinasi Global senilai 10 milyar dolar AS akan sulit tercapai jika masalah-masalah utama pelaksanaan program imunisasi rutin masih belum terpecahkan.

Walaupun telah dibahas dalam pertemuan Dewan Kesehatan Dunia ke-65 yang dihadiri oleh para menteri kesehatan sedunia di Jenewa, Swiss, pada bulan Mei tahun ini, Rencana Aksi Vaksinasi Global cenderung berfokus pada pengembangan vaksin-vaksin baru untuk proyek vaksinasi selama 10 tahun ke depan –- dan tidak banyak membahas tentang perbaikan sistem vaksinasi yang ada saat ini.

Rencana Aksi Vaksinasi Global didasari atas asumsi bahwa pelaksanaan program-program imunisasi dasar telah berjalan dengan baik, dan sayangnya hal ini bukanlah kenyataan yang ditemui di berbagai wilayah tempat MSF bekerja.

“Untuk bisa menjangkau anak-anak yang belum terjangkau imunisasi kita perlu memprioritaskan pengembangan vaksin yang lebih murah, lebih mudah digunakan dengan sistem pengelolaan yang lebih efisien, serta lebih gampang dibawa/dikirim ke berbagai lokasi imunisasi,” ungkap Kate Elder, Penasehat Kebijakan Vaksinasi MSF.

Mayoritas vaksin yang tersedia saat ini diberikan dalam bentuk suntikan yang membutuhkan bantuan petugas kesehatan yang telah terlatih, dimana hal ini masih menjadi kendala utama di negara-negara dengan keterbatasan jumlah petugas kesehatan.

Untuk bisa mendapatkan paket vaksinasi lengkap, bayi/anak-anak harus mendatangi ke pusat-pusat imunisasi sebanyak lima kali dalam 12 bulan pertama kehidupan mereka. Hal ini masih menjadi masalah besar bagi anak-anak yang tinggal di wilayah-wilayah negara berkembang yang terisolasi  serta sulit dijangkau, atau mereka yang terkendala masalah biaya transportasi.  

Selain itu, vaksin juga harus disimpan dalam temperatur dingin yang merupakan salah satu masalah logistik terbesar untuk menjangkau negara-negara berkembang dengan iklim panas tanpa sistem penyimpanan pendingin dan akes aliran listrik yang memadai.

Menurut Elder, pemerintah negara-negara berkembang perlu mendesak pentingnya pengembangan produk-produk vaksin yang lebih murah, lebih mudah dikelola dan digunakan, dengan sistem penyimpanan yang lebih efisien, serta lebih gampang dibawa/dikirim sehingga upaya pelaksanaan program-program imunisasi rutin bisa lebih mudah menjangkau lebih banyak anak-anak.

Apalagi di  tahun 2015 mendatang, sekitar 14 negara akan kehilangan “jatah” dukungan donor GAVI (Global Alliances for Vaccines and Immunizations) atau Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi. Hal ini, ditambah dengan peluncuran vaksin-vaksin baru yang lebih mahal, berpotensi meningkatkan harga satu paket vaksinasi lengkap di negara-negara berkembang mencapai 38 dolar per anak.

Secara global, 20 persen bayi yang lahir setiap tahunnya tidak mendapatkan imunisasi dasar yang dapat melindungi mereka dari berbagai penyakit mematikan yang sebenarnya dapat dicegah melalui imunisasi. Penyakit campak masih tetap menghantui negara-negara Asia.

Setiap tahunnya, MSF memberikan vaksinasi kepada lebih dari 10 juta orang melalui intervensi tanggap darurat terhadap wabah penyakit yang sebenarnya dapat dicegah melalui imunisasi seperti campak, meningitis, dan diferi. MSF juga mendukung upaya-upaya imunisasi rutin melalui proyek-proyek pelayanan kesehatan ibu dan anak. (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau