Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/08/2012, 10:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Mia Sutanto mengatakan, gagasan untuk mendirikan Bank ASI dalam waktu dekat masih sulit diwujudkan di Indonesia. Namun ia berharap dalam waktu dekat setiap fasilitas kesehatan harus sudah mempunyai unit-unit donor ASI.

"Dari sisi konsumen, ini tentu akan memudahkan untuk mendapat ASI donor," katanya saat acara media gathering dengan tema 'Perlindungan Hak Menyusui Bagi Ibu Bekerja, Kamis, (2/8/2012), di Jakarta.

Mia mengatakan bahwa dalam beberapa tahun kedepan keberadaan unit donor ASI akan sangat dibutuhkan karena permintaan masyarakat terhadap donor ASI semakin tinggi. Hal itu terlihat dari semakin banyaknya permintaan donor ASI dari masyarakat kepada AIMI dalam beberapa tahun terakhir ini.

"Sejak AIMI berdiri tahun 2007 lalu, dalam sebulan hanya ada dua perintaan donor ASI melalui AIMI. Tapi saat ini setiap hari ada 4 atau 5 permintaan donor ASI di AIMI," ujarnya.

Seperti diketahui bahwa sampai saat ini, Indonesia belum memiliki unit-unit donor ASI. Makin meningkatnya permintaan donor ASI menandakan bahwa masyarakat mulai sadar betapa pentingnya ASI ketimbang harus memilih susu formula.

Tetapi lanjut Mia, donor ASI juga memiliki sisi negatif karena bisa menjadi demotivator bagi ibu untuk menyusui. Oleh karena itu, Ia menekankan bahwa donor ASI hanya solusi sementara dan bukan solusi jangka panjang.

"Jadi apapun masalah menyusui pada ibu, sebaiknya ibu juga mendapatkan konseling dari konselor menyusui supaya dalam jangka panjang masalahnya bisa diatasi, sehingga pemakaian donor ASI tidak untuk jangka panjang," jelasnya.

Diluar negeri, kata Mia, penggunaan donor ASI dari Bank ASI umumnya hanya untuk kasus-kasus tertentu yang memang berat, seperti bayi lahir prematur, sakit dan adopsi. Ia juga tidak memperkenankan jika pemberian donor ASI dilakukan semata-mata hanya karena ibunya malas menyusui atau karena tiba-tiba produksi ASI kurang.

"Jika alasannya karena pasokan ASI berkurang atau malas menyusui, maka harus dicari apa penyebabnya dan atasi dengan bantuan konselor menyusui," tegasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau