Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencapai Sehat dan Awet Muda dengan "Inclusive Health "

Kompas.com - 24/05/2013, 12:12 WIB

Kompas.com - Meski perkembangan ilmu kedokteran semakin pesat, tetapi pandangan akan pentingnya pengobatan yang bersifat holistik selalu mendapat tempat. Terlebih, sebagian besar penyakit berasal dari faktor emosional dan ketidakbahagiaan.

Menurut pakar kesehatan kulit, Dr.Howard Murad, karena semua hal di dalam tubuh saling berkaitan, maka perubahan pada satu bagian akan berpengaruh pada kinerja organ lain.

"Karena itu dalam penyembuhan, kita harus mendekati pasien, bukan penyakit itu sendiri. Pendekatan ini disebut inclusive health," katanya di Jakarta, Kamis (23/5).

Pemikiran inclusive health lahir dari perkembangan penelitian The Science of Cellular Water. Sudut pandang tersebut memperlihatkan bahwa "kehilangan air" dalam tubuh bisa mengakibatkan penyakit dan penuaan dalam tubuh.

Pemikiran tersebut bukan hanya sebagai sarana perawatan kulit, tapi juga kesehatan secara umum dan mengatasi stres yang kian dekat dengan kehidupan orang modern.

"Saat Anda sehat dan muda, sel-sel dalam tubuh penuh dengan air. Tapi saat Anda sedih, sakit, atau tua, sel-sel hanya mengandung sedikit air," katanya.

Karena itulah konsep inclusive health melakukan pendekatan pada tiga elemen penting, yakni eksternal, internal, dan emosional.

Faktor eksternal adalah lingkungan tempat kita tinggal. Lingkungan ini meliputi berbagai aspek, misal suhu, sinar matahari, dan polusi. Lingkungan yang buruk secara perlahan akan menurunkan daya tahan tubuh pada suatu penyakit.

Pendekatan internal meliputi apa yang masuk ke dalam tubuh, misalnya makanan dan minuman. Dalam hal ini terkait dengan mencegah tubuh kekurangan air. Selain air minum, Murad lebih merekomendasikan air yang bersumber dari sayur dan buah.

"Pendekatan emosional menjadi yang paling spesial, karena ini yang tersulit," kata Murad.

Menurut Murad, biasanya orang tidak sadar telah melakukan sesuatu yang buruk pada dirinya. Dia mencontohkan seseorang yang menuntut terlalu tinggi pada dirinya. Tuntutan ini menimbulkan stres, yang bedampak pada tampilan dan kesehatan fisiknya

"Kesempurnaan atau perfeksionisme adalah sumber pikiran negatif. Kita bisa mencobanya, tapi tak perlu khawatir bila tidak tercapai," kata Murad.

Menuntut kesempurnaan merupakan bagian dari yang disebut cultural stress. Menurut Howard, stres ini merupakan hasil budaya dari lingkungan yang selalu berharap terbaik yang bisa kita lakukan.

Tipe stres seperti itu sangat mudah mengenai tiap orang. Stres ini akhirnya berpengaruh pada keadaan internal dan eksternal kita.

Perubahan ini mungkin awalnya dapat ditoleransi, namun semakin lama tubuh akan memberikan sinyal fisik terkait stress yang diderita.

Howard menyarankan sedapat mungkin menjaga keseimbangan eksternal, internal, dan emosional. "Bila satu bagian sakit, jangan cuma area itu yang diperhatikan. Evaluasi kemungkinan yang salah baik fisik atau psikis," kata Murad.

Pendekatan dengan inclusive health menurutnya akan membuat pasien sembuh, dan memiliki gaya hidup yang lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau