Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/06/2013, 08:05 WIB
Dr. Andri, Sp.KJ

Penulis


KOMPAS.com -
  Beberapa hal yang sering ditanyakan pada pasien yang mengalami gangguan cemas panik dan sudah mengalami perbaikan yang signifikan adalah apakah dirinya bisa mengalami kembali masalah tersebut di kemudian hari.

Kita tahu secara statistik angka keberulangan pasien yang mengalami gangguan panik cukup tinggi berkisar antara 40-50 persen walaupun sudah diobati. Beberapa hal dapat menjadi pemicu keberulangan. Saya  mencoba menerangkan hal ini dalam tulisan di bawah ini.

Gangguan panik bisa kambuh

Jangan berkecil hati dulu. Betul memang Gangguan Panik bisa kambuh, tetapi hal itu memang biasanya disebabkan karena ketidakmampuan otak untuk mempertahankan keseimbangan.

Gangguan keseimbangan tersebut bisa disebabkan oleh banyak sebab seperti yang disebutkan di bawah ini :

A. Gangguan medis fisik

Gangguan medis fisik yang terjadi pada pasien yang pernah mengalami gangguan panik bisa membuat pasien kembali mengalami gejala-gejala panik kembali. Beberapa kasus yang sering dialami misalnya pasien yang mengalami gejala-gejala panik kembali karena penyakit tifus. Salah satu pasien saya pernah menceritakan bahwa pasca perawatan di rumah sakit, pasien ini merasakan keluhan paniknya bisa muncul kembali dan merasa tidak nyaman. Walaupun kondisi itu akhirnya bisa ditangani dan tidak memerlukan pengobatan seperti sebelumnya kembali.

B. Kelelahan

Kelelahan fisik akibat beban kerja berlebihan, olahraga yang terlalu dipaksakan adalah salah satu yang bisa menyebabkan kondisi gangguan panik berulang. Pasien yang mengalami kelelahan fisik bisa mengalami kondisi kecemasan kembali, pasien sering kali sulit untuk membedakan nantinya antara gejala kelelahan atau kecemasan yang kembali datang.

C. Diet ketat

Pasien yang melakukan diet ketat dengan mengurangi asupan makan mempunyai masalah juga dalam keberulangan gangguan paniknya. Hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi mengiringi diet yang salah. Ketidakseimbangan elektrolit bisa menyebabkan kekurangan kadar kalium dan kalsium. Kekurangan kalsium dan kalium ini bisa menyebabkan masalah ketegangan di otot dan rasa tidak nyaman di jantung. Pasien yang mengalami gangguan cemas kita tahu sering lebih sensitif terhadap gejala-gejala ini.

D. Siklus dan jam tidur yang terganggu

Pasien yang mengalami gangguan tidur karena misalnya harus lembur atau bekerja shift malam sering kali rentan mengalami keberulangan. Pasien yang mengalami ini biasanya juga mengalami masalah fisik kelelahan dan rasa tidak nyaman di pagi hari. Kondisi tidur yang terganggu juga akan menyebabkan masalah ketidakseimbangan melatonin dan serotoin di otak yang saling berhubungan. Ketidakseimbangan kedua zat di otak ini bisa menyebabkan keberulangan gangguan panik.

E. Beban psikologis yang berat

Beban psikologis yang berat dan datang dalam kehidupan pasien gangguan panik yang sudah sembuh bisa membuat keberulangan kembali sakitnya. Kita tahu hidup tidak mungkin lepas dari stres, tetapi bagaimana bisa mengatasi kondisi tersebut sebenarnya memang yang paling penting. Walaupun stres memang dipersepsikan berbeda oleh banyak orang, namun ada beberapa masalah stres yang berat seperti perceraian, kematian pasangan, masalah hukum, beban hutang adalah masalah-masalah yang sekiranya dianggap stres yang berat oleh hampir semua orang. Inilah kondisi yang bisa membuat pasien kembali mengalami masalah.

Semoga dengan mengenali apa saja yang bisa memicu keberulangan masalah gangguan panik, pasien bisa membantu dirinya sendiri untuk bisa lebih nyaman dan beradaptasi dengan lingkungannya. Semoga tulisan ini berguna.

Salam Sehat Jiwa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau