Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2013, 12:00 WIB
Unoviana Kartika,
Wardah Fajri

Tim Redaksi

Belakangan Vindy tahu, ada faktor keturunan yang berperan pada GB yang dialaminya. Tak heran dia pun merasa ketidakadilan dunia berpihak padanya.

"Setelah terdiagnosis dengan gangguan jiwa, aku tentu merasa sangat sedih, menyalahkan mama papa, berpikir Tuhan tidak adil. Tapi lama-lama aku sadar, itu semua percuma, maka aku mencoba berdamai," ujarnya.

Keinginan Vindy untuk berdamai awalnya tidak mudah. Saat memasuki episode yang tak terkontrol, Vindy pun harus berkali-kali dirawat dan berkumpul dengan orang-orang yang bernasib hampir sama dengannya. Namun dari sanalah Vindy sadar, kondisinya masih lebih beruntung daripada orang-orang itu.

Vindy lantas ingin bangkit karena merasa dirinya justru sebenarnya dapat membantu mereka, orang-orang yang keadaannya lebih parah darinya. Dia pun mulai menulis blog, menceritakan kisah perjuangannya. Respon positif pun banyak berdatangan, ada yang memberi semangat, bahkan ada juga yang malah curhat di sana.

Sadar dirinya bisa berguna bagi orang lain, Vindy pun mulai terjun ke komunitas kesehatan jiwa. Dari sana, Vindy bertemu banyak teman yang lebih mengerti keadaannya. Namun karena komunitas tersebut terdiri dari banyak gangguan jiwa yang tidak spesifik pada GB, Vindy memutuskan untuk membentuk komunitas sendiri dengan nama Bipolar Care Indonesia.

Beruntung Vindy bertemu dengan empat orang lain yang sevisi dengannya. Jadilah dia dengan keempat rekannya berjuang mengembangkan komunitas tersebut. Terhitung sejak April 2013, Bipolar Care Indonesia sudah menggelar beberapa kegiatan, antara lain konseling untuk membantu sesama penyandang GB.

"Aku juga merasa beruntung aku pernah belajar kedokteran, sehingga aku mengerti dari segi kesehatannya, punya banyak kenalan dokter yang bisa membantu komunitas ini," ujarnya.

Vindy yang awalnya merasa kedokteran merupakan jalan hidupnya perlahan mulai membuka diri untuk menggali bakatnya yang lain, yaitu seni melukis. Dengan melukis, dia bisa menyalurkan kegundahannya maupun rasa senangnya. Seni, kata dia, merupakan terapi yang baik untuk GB.

Gayung bersambut, karya-karya Vindy pun mendapat pengakuan. Terbukti dengan keikutsertaan karyanya di berbagai pameran seni.

Tugas mulia menjadi dokter mungkin bukan menjadi jalan Vindy, namun dengan semangatnya yang terus memijar, dia bisa terus membantu orang lain. Bukankah tujuan menjadi dokter juga adalah untuk membantu orang lain?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau