Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beli ASI dari Internet, Lebih Berisiko Tercemar Bakteri

Kompas.com - 22/10/2013, 10:58 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Air Susu Ibu tak terelakan merupakan makanan yang terbaik bagi bayi hingga usia enam bulan. Sayangnya, tidak semua ibu mampu memberikan ASI sehingga beralih pada pilihan terbaik berikutnya, donor ASI.

Namun penggunaan donor ASI hingga kini masih menjadi kontroversi. Sebuah fakta yang membuat pengguna jasa ini harus lebih waspada yaitu ASI yang diperoleh lewat internet ternyata lebih berisiko tercemar bakteri seperti Salmonella. Fakta tersebut ditemukan oleh sebuah studi baru yang dimuat dalam jurnal Pediatrics.

Menurut studi tersebut, jika dibandingkan dengan yang berasal dari bank ASI, ASI yang diperoleh lewat internet tiga kali lebih mungkin mengandung Salmonella. Studi menemukan, sampel ASI yang berasal dari bank hanya 5 persen yang tercemar virus herpes, sementara untuk ASI dari internet, 21 persen sampelnya mengandung  bakteri dan virus.

Bank ASI yang menjadi sumber sampel dari studi tersebut adalah Human Milk Banking Association of North America (HMBNA). HMBNA merupakan lembaga nonprofit yang melakukan prosedur pasteurisasi untuk menjamin keamanan ASI.

ASI yang berasal dari HMBNA tidak tersedia untuk semua orang. Kim Updegrove, presiden HMBNA, mengatakan, hanya bayi berkebutuhan khusus seperti bayi yang lahir prematur dan lahir dengan kondisi tertentu yang diprioritaskan mendapat ASI dari lembaga tersebut.

Para peneliti studi juga menemukan, 74 persen ASI yang diperoleh dari internet tidak memenuhi kriteria standar HMBNA sebelum dipasteurisasi. Kondisi tersebut tentu mengkhawatirkan mengingat sistem imun bayi yang belum terbentuk sempurna.

Dr Lisa Thebner, dokter anak asal New York, mengatakan, terlebih untuk bayi prematur, kondisi ASI hasil donor yang tidak memenuhi standar bisa mudah menginfeksinya. "Mereka lebih rentan, sistem imun mereka lebih belum sempurna, dan tidak bisa melawan infeksi layaknya bayi yang lahir normal," ujarnya yang tidak terlibat dalam studi.

Ketua studi Sarah Keim, peneliti asal Nationwide Children's Hospital, mengatakan, perbedaan kontaminasi antara ASI yang diperoleh melalui internet dan bank ASI adalah dari proses pengirimannya. "Semakin lama waktu pengirimannya, semakin banyak kontaminasinya," paparnya.

Di Indonesia sendiri, bank ASI masih menuai banyak pro kontra sehingga belum dapat didirikan secara resmi. Keadaan ini pun akhirnya "memaksa" pengguna layanan donor ASI lebih banyak memanfaatkan internet untuk mendapatkannya.

Pakar laktasi dr. Utami Roesli, SpA mengatakan, Peraturan Pemerintah tentang donor ASI masih belum jelas mengatur pemeriksaan kesehatan pendonor ASI. Sehingga ada kemungkinan pendonor memiliki HIV yang bisa disalurkan ke bayi.

"Terlebih, jika mendapatkannya dari internet. Belum jelas keadaan orang yang memberikan ASI," paparnya.

Lebih lanjut, Utami menjelaskan, ASI memang pilihan yang jauh lebih baik dari susu formula. Namun lebih baik lagi jika ibu memberikan langsung kepada bayi. "ASI-mu hanya untuk anakmu, bukan untuk anak kakakmu, atau anak orang lain," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau