KOMPAS.com — Meskipun terkesan mudah dan sederhana, berlari bukanlah olahraga yang dapat dilakukan sembarangan. Pasalnya, risiko cedera dari olahraga yang satu ini tidaklah kecil. Maka, sebelum berlari, orang perlu mengetahui dulu teknik dan risiko yang ia miliki.
Dokter spesialis olahraga Hario Tilarso mengatakan, lari memiliki banyak keuntungan, antara lain menguatkan jantung dan membakar lemak. Namun, di balik itu, olahraga ini juga risikonya besar. Cedera dari olahraga lari membutuhkan waktu penyembuhan dan pemulihan yang lama.
"Lari itu seperti loncatan yang dilakukan berkesinambungan. Karena itu, tidak heran lari lebih melelahkan daripada berjalan. Namun, itu juga yang menjadikannya efektif dalam membakar lemak dan menguatkan jantung," paparnya di sela-sela acara "Runners Camp Pocari Sweat" di Bogor, Sabtu (29/3/2014).
Saat berlari, imbuh Hario, beban yang diperoleh kaki meningkat 5-8 kali berat badan dibanding saat berjalan. Sehingga, jika dilakukan dengan teknik yang salah, lari rawan sekali menyebabkan cedera.
Misalnya saja saat kaki menapak di tanah, teknik yang benar adalah kaki mendarat di bagian tumit atau tengah kaki. Teknik tersebut adalah untuk lari jarak jauh, sementara untuk lari jarak pendek (sprint), kaki yang menapak adalah bagian ujung kaki.
Cedera, lanjut dia, bukan hanya dapat terjadi pada kaki, melainkan juga pada bagian tubuh yang lain. Ia mengatakan, berlari merupakan olahraga yang melibatkan semua bagian tubuh sehingga semua bagian berpotensi cedera. Namun, bagian yang paling besar risikonya untuk mengalami cedera adalah telapak kaki, lutut, dan pinggang.
"(Meski begitu), dengan teknik yang benar maka risiko cedera pun dapat dikurangi," kata dokter yang berpraktik di RS Premier Bintaro ini.
Selain itu, mengetahui risiko kesehatan sebelum berlari juga penting dilakukan. Hario mencontohkan, orang obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami cedera dibandingkan orang dengan berat badan normal. Hal ini karena ketika obesitas, beban yang diperoleh lutut saat berlari pun berlipat kali lebih tinggi.
Karena itu, menurut dia, sebelum berat badan normal, sebaiknya orang tidak melakukan lari, tetapi memilih jenis olahraga yang tekanannya lebih kecil, misalnya bersepeda atau berenang.
Tak hanya itu, Hario mengatakan, risiko penyakit jantung sebelum melakukan lari juga perlu dievaluasi. Tujuannya agar tidak terjadi serangan jantung mendadak saat atau setelah melakukan olahraga tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.