Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berlari Bukan untuk Bugar, tapi Bugarlah Sebelum Berlari

Kompas.com - 18/12/2013, 20:03 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com - Tahun 2013 dapat dikatakan sebagai tahunnya lari. Pada tahun itu, hampir setiap minggu dijumpai lomba lari, khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Penggemar baru olahraga ini pun semakin bermunculan dari berbagai kalangan.

Namun menurut Nano Oerip, personal trainer, orang seharusnya melakukan olahraga lari bukan hanya sekedar ikut-ikutan tren saja. Nano mengatakan, lari merupakan olahraga yang terbilang berat karena melibatkan banyak bagian tubuh dan membutuhkan ketahanan yang cukup tinggi.

"Maka saya selalu mengatakan, jika ingin bugar caranya bukan dengan lari, tapi bugarlah dulu sebelum mulai berlari," cetusnya saat ditemui dalam Konferensi Pers AIA The Color Run; The Happiest 5K on The Planet, Rabu (18/12/2013) di Jakarta.

Nano mengatakan, mendapatkan motivasi lebih untuk berolahraga melalui tren berlari sebenarnya baik. Namun jika tidak biasa berolahraga, sebaiknya sebelum mulai berlari, seseorang perlu membiasakan dirinya terlebih dahulu. Jika tidak, kata dia, risiko cedera dari melakukan olahraga lari sangat tinggi.

Trainer dari Gold's Gym ini mencontohkan, orang obesitas yang punya motivasi untuk kurus kurang tepat jika memilih olahraga lari sebagai bentuk upayanya menurunkan berat badan. Tubuh yang berat, imbuhnya, akan membebani lutut dan tulang kaki berkali-kali lipat saat berlari dibandingkan dengan orang kurus.

"Saat berdiri saja, beban pada lutut dan kaki orang obesitas sudah lebih besar daripada orang berat badan normal. Apalagi saat berlari, bebannya bertambah berkali-kali lipat," ujarnya.

Sebaliknya, olahraga yang lebih tepat untuk orang obesitas adalah berjalan. Menurut Nano, berjalan dapat memberikan manfaat yang sama dengan berlari. Namun untuk membakar kalori lebih banyak, waktu latihannya bisa diperpanjang.

"Orang obesitas juga dapat melakukan naik turun tangga dengan kecepatan rendah supaya tidak membebani lututnya. Paling baik mungkin berenang karena tidak memberikan tekanan," tuturnya.

Selain obesitas, keadaan fisik seseorang untuk tidak berlari menurut Nano adalah yang memiliki problem fungsi organ tubuh, terutama jantung. Dia menjelaskan, saat lari jantung memompa darah lebih banyak dan cepat daripada biasanya. Jika sudah memiliki masalah, misalnya penyumbatan pembuluh darah jantung, berlari justru memicu terjadinya serangan jantung.

Menurut spesialis gizi klinik Samuel Oetoro, sebelum berlari sebaiknya orang memeriksakan dulu kesehatannya guna menghindari risiko terjadinya cedera bahkan kematian. Apalagi, bagi mereka yang sudah berusia di atas 30 tahun dan tidak biasa berolahraga.

"Pemeriksaan bisa dilakukan dengan tes EKG, ekokardiografi, dan treadmill. Meskipun metode itu mungkin hanya efektif 95-97 persen saja. Standar emasnya tetap katerisasi," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heboh Tarif Trump, PO Alas Kaki Indonesia Tetap Ramai Pesanan dari AS
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau