Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/06/2014, 09:16 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -
Lokalisasi prostitusi terbesar di Asia Tenggara, yakni Dolly, akan ditutup oleh Pemerintah Kota Surabaya pada 18 Juni 2014 malam. Namun, penutupan lokalisasi tersebut dinilai bukan solusi menghentikan praktik pelacuran. Justru penutupan bisa beresiko memunculkan masalah baru, salah satunya sulit mengontrol penyebaran HIV.

"Kompleks prostitusi membuat pemantauan lebih mudah, karena HIV bisa langsung diketahui di tempat itu juga. Dengan menutupnya maka penyebarannya justru semakin liar dan tidak terkendali," kata Maria Hartiningsih, wartawan seniro Kompas, saat dihubungi Selasa (17/6/14).

Komisi Penanggulangan AIDS dan tenaga kesehatan, kata dia, akan lebih mudah menjangkau daerah dengan tingkat penularan HIV yang tinggi bila tempat prostitusi berada terpusat.

Namun, bila di tempat-tempat yang sulit terjangkau ternyata juga terdapat praktik prostitusi, seperti di rumah-rumah atau kolong jembatan, tentulah akan semakin sulit pengendaliannya.

Maria menilai, penutupan tersebut terlalu naif dan tidak mengena pada inti persoalan. Persoalan besar yang dihadapi adalah stigma negatif yang kotor yang sudah terlanjur melekat pada pekerja seks.

"Padahal belum tentu mereka kotor, buruk, setan, dan sebagainya. Yang terjadi sebenarnya adalah orang tidak pernah bertanya kepada mereka kenapa mereka ada di sana?" kata wanita yang pernah mendapatkan penghargaan Yap Thiam Hien atas perhatian dan jasanya bagi penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) ini.

Pekerja seks bisa berada di lokalisasi, lanjut dia, seringkali bukan karena kemauan sendiri, melainkan terpaksa, karena ditipu atau menjadi korban kekerasan seksua. Memberi stigma negatif pada mereka sama saja bersikap tidak adil.

Menurut Maria, hal yang dibutuhkan justru adalah pendidikan bagi PSK, khususnya bagaimana menjaga kesehatan reproduksi. Dengan begitu, mereka juga akan lebih sadar tentang kesehatan dan akhirnya memperhitungkan risiko yang mereka hadapi saat berhubungan seks berisiko.

Penutupan lokalilasi Kramat Tunggak di Jakarta pada tahun 1999 bisa menjadi pengalaman. Meski lokalisasi tersebut sudah tinggal nama, tak berarti prostitusi bisa ditumpas sama sekali. Para kupu-kupu malam masih bisa ditemui di berbagai komplek pelacuran gelap atau di pinggir-pinggir jalan.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau