Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/08/2014, 10:34 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber HEALTHDAY

KOMPAS.com - Vaksin untuk virus ebola diperkirakan akan tersedia dalam kurun waktu kurang dari setahun lagi. Sejak wabah ebola yang saat ini menewaskan hampir 1.000 orang di Afrika Barat, sejumlah kelompok peneliti berlomba-lomba untuk memproduksi vaksin pelawan penyakit mematikan ini.

Salah satu pihak pengembang vaksin mengklaim, vaksin ebola akan siap digunakan manusia dalam enam hingga 10 bulan ke depan..

Matthias Schenell, direktur Jefferson Vaccine Center di Thomas Jefferson University di Philadelphia menjelaskan, vaksin yang dikembangkannya bersama peneliti dari Institut kesehatan nasional Amerika Serikat didasari oleh vaksin rabies. Dengan menempelkan ebola pada virus rabies, maka peneliti dapat menciptakan vaksin yang mampu melindungi baik untuk ebola maupun rabies.

"Efektivitas vaksin ini pada manusia masih sulit untuk diprediksi. Vaksin rabies bekerja dengan baik pada tubuh manusia, namun untuk vaksin lainnya, perlu dilihat dulu perkembangannya. Ini supaya meskipun terbentuk antibodi, tetapi tubuh tidak sampai jatuh sakit," paparnya.

Vaksin yang dibuat Schnell dan timnya bekerja dengan merangsang sistem imun untuk membuat antibodi yang mampu melawan tiga strain dari virus ebola, antara lain strain Zaire yang saat ini sedang mewabah di Afrika Barat, dan strain Sudan dan virus Marburg.

Sejauh ini, vaksin baru diujicobakan pada kera. Dan hasilnya menunjukkan, virus cukup efektif dalam melawan infeksi ebola strain zaire. Namun sebelum dipasarkan secara luas, vaksin harus melewati serangkaian uji klinis atau uji pada manusia terlebih dahulu untuk mengetahui keamanan dan efektivitasnya. Proses ini mungkin akan memakan waktu selama tiga tahun.

"Namun bila dananya mencukupi, proses ini bisa dipercepat sehingga tahun depan, vaksin ini sudah siap untuk pasarkan," ujarnya.

Sementara itu, sejumlah ahli yang tidak terlibat dalam penelitian mengimbau kewaspadaan soal vaksin baru ini. Misalnya, Sunil Kumar Sood, dokter anak spesialis penyakit infeksi di Southside Hospital di Bay Shore, New York, yang mengatakan, vaksin belum diuji coba pada manusia sehingga mustahil untuk mengatakan seberapa potensial vaksin ini.

"Banyak vaksin yang di uji awal menunjukkan hasil yang baik, namun ternyata tidak cocok untuk manusia karena tidak merangsang cukup antibodi atau tidak dapat ditoleransi oleh tubuh manusia," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau