Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/09/2014, 06:35 WIB
Dian Maharani

Penulis


KOMPAS.com
– Masalah kesehatan jiwa di Indonesia cukup tinggi. Sayangnya, jumlah psikiater yang ada di Indonesia saat ini hanya sekitar 800 orang. Padahal, risiko terburuk dari masalah kesehatan jiwa ini bisa menyebabkan kematian, yaitu bunuh diri.

“Indonesia dikatakan 1 banding 500 ribu penduduk dan psikiaternya. Jumlah psikiater hanya sekitar 800 orang,” ujar mantan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nova Riyanyti Yusuf di Jakarta, Senin (15/9/2014).

Dokter spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa yang akrab disapa Noriyu ini mengatakan, dalam Undang-undang Kesehatan Jiwa, semua pihak terkait ikut berperan menangani orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) maupun orang dengan masalah kejiwaan (ODMK). Mulai dari psikolog, pekerja sosial, hingga penasehat spiritual.

Sejauh ini, pelayanan terhadap ODGJ maupun ODMK dinilai belum optimal. Setiap orang berhak memiliki kualitas hidup yang baik, memiliki jiwa yang, bebas dari rasa ketakutan dan tekanan.

Salah satu masalah kejiwaan yang paling banyak dialami adalah depresi. Depresi ini bisa disebabkan oleh berbagai macam hal seperti putus asa, putus cinta, merasa tidak berguna sehingga tidak bisa melihat sisi positif dari kehidupan. Depresi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seseorang berencana mengakhiri hidupnya sendiri atau bunuh diri.

“Paling banyak (bunuh diri) karena depresi,“ ujar Psikiater RSUD Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta, Jawa Tengah, Ida Rochmawati.

Psikolog Tiwin Herman menambahkan, kasus bunuh diri juga dapat dipicu masalah keluarga seperti kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, dimarahi orang tua, dan juga masalah ekonomi. Faktor lingkungan juga mempengaruhi, seperti dikucilkan, diabaikan, dan pelecehan seksual.

Kasus bunuh diri lainnya, yaitu seperti kasus bom bunuh diri, faktor patriotisme seperti sengaja meledakkan diri diantara musuh, adanya perlawanan sosial seperti membakar diri, dan faktor kayakinan budaya.

“Dari yang saya alami, paling banyak sebanyak 24 persen bunuh diri karena faktor depresi seperti merasa tidak berguna hidup, butuh teman, merasa sendiri, tidak ada yang mengerti, kecewa berat, stress berat,” terang Tiwin.

Untuk itu, menurut dia perlu psikiater maupun psikolog dan peran berbagai pihak mencegah terjadinya tindakan bunuh diri ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau