Sekitar 100 juta wanita di dunia menggunakan kontrasepsi oral. Kebanyakan pil KB yang sekarang ini beredar merupakan pil dengan kombinasi hormonal, yakni estrogen dan progesteron.
Hormon dalam pil kontrasepsi bekerja dengan dua cara berbeda dalam mencegah kehamilan. Ada yang mencegah ovarium melepaskan sel telur, ada juga yang menebalkan lender di leher rahim sehingga lebih sulit dilewati sel sperma untuk menuju rahim.
Jika pil KB dikonsumsi secara teratur dan tepat, efektivitasnya untuk mencegah kehamilan mencapai 91 persen. Kelebihan dari pil KB adalah cepat mengembalikan kesuburan.
Menurut Dr.Delfin Tan dari St.Luke's Medical Center, Filipina, data penelitian menunjukkan bahwa angka kehamilan setelah satu tahun menggunakan pil KB dan berhenti dengan yang tidak memakai pil KB tidak berbeda.
"Yang minum pil KB insiden tidak haidnya 0,6 persen, sedangkan yang tidak pakai pil 1 persen. Malah sebenarnya pemakaian pil KB akan melindungi kita dari ketidaksuburan," katanya dalam acara An Asia-Pacific Press Dialogue on Modern Contraception di Singapura beberapa waktu lalu.
Studi tahun 2011 juga menyebutkan, wanita yang berhenti menggunakan kontrasepsi oral, implan, suntikan, atau pun Intrauterine device (IUD), memiliki keberhasilan kehamilan yang sama dengan wanita yang tidak memakai metode kontrasepsi apa pun sebelumnya.
Pil kontrasepsi hormonal juga terbukti bisa menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium. Data juga menunjukkan, wanita yang pernah mengonsumsi pil KB risikonya terkena kanker berkurang 12 persen dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah memakai pil KB.
Meski mengandung hormon sintetis, namun menurut Prof. Johannes Bitzer, European Society of Contraception dari Swiss, mengatakan bahwa hormon tersebut aman.
"Alam memproduksi hormon untuk melindungi wanita agar tidak hamil saat sedang hamil. Hormon yang dipakai dalam kontrasepsi modern bekerja untuk menyerupai hormon tersebut," katanya.
Bitzer menjelaskan, ketakutan akan bahaya hormon sebenarnya berawal dari penggunaan hormon kortisol sintetis untuk pembentukan otot. "Hormon menjadi identik dengan zat kimia dan artifisial sehingga dianggap buruk. Padahal dalam konteks kontrasepsi sangat berbeda. Hormon yang dipakai dalam metode kontrasepsi meniru yang alamiah," katanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.