Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2015, 15:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir belum mencapai 100 persen. Hal ini mengakibatkan tingkat penularan hepatitis B dari ibu ke bayi tinggi. Hepatitis yang didapat dari penularan vertikal berpotensi besar jadi kronis dan berujung pada sirosis, bahkan kanker.

Menurut data Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra (Simkarkesma) Kementerian Kesehatan tahun 2014, cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi kurang dari tujuh hari mencapai 85,8 persen.

Namun, imunisasi hepatitis B pada bulan pertama, kedua, dan ketiga setelah lahir tak sampai 55 persen. Adapun cakupan imunisasi hepatitis B dalam bentuk kombinasi pentavalen 5 antigen DPT-HB-Hib bulan pertama setelah lahir hanya 52 persen.

Direktur Simkarkesma Kemenkes Wiendra Waworuntu, Kamis (30/7) di Jakarta, mengatakan, banyak orangtua yang merasa cukup dengan imunisasi saat bayi lahir. Mereka tak kembali datang ke fasilitas kesehatan untuk melengkapi imunisasi dasar lengkap anak mereka.

"Imunisasi biasanya di posyandu. Banyak orangtua tak datang ke posyandu untuk memeriksakan anaknya sehingga imunisasi dasar lengkap pada bayinya terhenti," ucap Wiendra.

Vaksin hepatitis B (HB) masuk program imunisasi nasional mulai tahun 1997. Vaksin itu dalam bentuk tunggal yang diberikan 4 dosis (0-1 bulan, 2, 3, dan 4 bulan).

Sejak 2013, vaksin HB diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi pentavalen DPT-HB-Hib (5 antigen) sebanyak 3 dosis pada bayi usia 2, 3, dan 4 bulan bertahap di empat provinsi, yakni Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Jawa Barat. Tahun 2014, vaksin itu diberikan di semua provinsi.

Kunjungan ke rumah

Kondisi terakhir per 22 Juli 2015 menunjukkan, cakupan imunisasi pada bayi lahir kurang dari tujuh hari hanya 35 persen. Cakupan imunisasi DPT-HB-Hib bulan pertama, kedua, dan ketiga setelah lahir berturut-turut adalah 37,4 persen, 36,8 persen, dan 36,6 persen.

Wiendra menambahkan, pihaknya berupaya menjangkau bayi yang belum diimunisasi hepatitis B dan bayi yang imunisasi dasarnya tak lengkap lewat program drop out follow up. Jika orangtua tak membawa anaknya ke posyandu untuk diimunisasi, tenaga kesehatan akan menjangkau ke rumah untuk melakukan imunisasi.

Anggota Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Hartono Gunardi, menyatakan, cakupan imunisasi hepatitis B yang belum 100 persen terkait dengan jumlah penduduk Indonesia banyak, kondisi geografis beragam, dan rantai vaksin belum bagus.

"Program imunisasi perlu diperkuat. Menjangkau mereka yang belum lengkap imunisasi dasarnya juga perlu. Makin muda seseorang terinfeksi virus hepatitis B, kian besar potensi menjadi kronis yang bisa berujung sirosis, bahkan kanker hati," ujarnya.

Maka dari itu, ia menekankan pentingnya memastikan imunisasi hepatitis B dilakukan secara lengkap. Dua kali imunisasi saja tidak cukup melindungi.

"Pertama, lakukan imunisasi pada 12 jam pertama kelahiran. Lalu, lanjutkan pada bulan pertama, kedua, ketiga, dan keempat setelah lahir," kata Hartono Gunardi.

Idealnya, bayi baru lahir kurang dari 12 jam diberi imunisasi hepatitis B. Meski antibodi yang terbentuk belum tinggi, imunisasi tersebut memunculkan antibodi pada 95 persen bayi.

"Imunisasi tak lebih dari 12 jam setelah lahir bisa melindungi anak dari virus hepatitis B (HBV) 60-70 persen," kata Hartono Gunardi yang juga konsultan tumbuh kembang anak di Departemen Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Selain itu, imunisasi hepatitis B yang kurang dari 12 jam juga akan lebih baik jika dibarengi dengan pemberian imunoglobulin hepatitis B (HBIG). Daya perlindungan vaksin hepatitis B dan HBIG 95 persen. Akan tetapi, belum semua bayi diberi HBIG karena biayanya mahal.

Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Sigit Priohutomo memaparkan, selama ini HBIG diberikan kepada bayi baru lahir. Hal tersebut dilakukan bersamaan dengan imunisasi hepatitis B demi memutus penularan dari ibu ke bayi. (ADH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau