Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi hepatitis B sebesar 9,4 persen. Namun, menurut Riskesdas 2013, angka itu menurun. "Turun jadi 7,1 persen," kata Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Pretty Multihartina dalam seminar memperingati Hari Hepatitis Dunia di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (29/8).
Hepatitis merupakan jenis penyakit yang disebabkan virus. Hepatitis B menyerang hati, yang jika tidak tuntas tertangani, berakhir pada pembengkakan hati.
Riskesdas 2013 juga menunjukkan, pada kelompok umur 19 tahun ke bawah, proporsi anti-HBc (Anti-hepatitis B Core Antigen) terhadap anti-HBs (Hepatitis B Surface Antibody) rendah. Artinya, di kelompok umur itu antibodi terhadap hepatitis B yang muncul lebih banyak diperoleh dari vaksinasi dibandingkan dari infeksi langsung.
Anti-HBs adalah pertanda ada infeksi virus hepatitis B pada seseorang. Antibodi yang terbentuk bisa disebabkan infeksi virus hepatitis B, tetapi lalu sembuh atau berasal dari vaksinasi hepatitis B. Adapun anti-HBc penanda bahwa seseorang terinfeksi virus hepatitis B.
Pretty memprediksi, hasil Riskesdas 2013 memperlihatkan keberhasilan imunisasi hepatitis B. Secara nasional, imunisasi itu dimulai tahun 1997. Hasil Riskesdas 2013 jadi bekal advokasi ke masyarakat bahwa imunisasi memang bermanfaat.
"Penurunan prevalensi itu menunjukkan usaha mencegah penularan hepatitis B memang ada hasilnya," kata Pretty.
Tahun 1997, vaksin hepatitis (HB) diintroduksi dalam program imunisasi nasional. Vaksin diberikan dalam bentuk tunggal yang diberikan empat dosis (0-1 bulan, 2, 3, dan 4 bulan). Mulai tahun 2004, vaksin hepatitis diberikan dalam bentuk kombinasi dengan difteri, pertusis, dan tetanus (empat antigen/DPT/HB) sebanyak tiga dosis pada usisa 2, 3, dan 4 bulan secara bertahap di empat provinsi, yaitu DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Bangka Belitung, dan Jawa Timur. Baru tahun 2006, vaksin DPT/HB diberikan secara nasional di semua provinsi.
Data hepatitis terbaru dalam Riskesdas 2013, kata Pretty, memberi gambaran bagi Kementerian Kesehatan dalam penyediaan vaksin hepatitis B ke depan. Ia berharap pemerintah daerah memperkuat program imunisasinya. Sebab, meski secara nasional cakupan imunisasi baik, kondisi antardaerah tak merata.
Waspada penularan
Meskipun proporsi penduduk yang terinfeksi hepatitis B menurun, Ketua Komite Ahli Hepatitis Kemenkes Prof David Handojo Muljono mengingatkan, penularan hepatitis secara horizontal pada orang dewasa masih banyak. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan hepatitis masih rendah.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Ansarul Fahrudda menyampaikan, hingga kini masih ada kelompok masyarakat yang menolak imunisasi dengan berbagai alasan. Hal itu turut menyebabkan timbulnya kejadian luar biasa difteri, beberapa tahun terakhir di Jawa Timur.
Ansarul menambahkan, dalam penanggulangan hepatitis, Dinkes Jawa Timur sedang mengembangkan sistem layanan untuk menjadikan puskesmas sebagai rujukan pemeriksaan. Harapannya, puskesmas mampu memeriksa pasien hepatitis, menyediakan layanan pemeriksaan laboratorium, juga pengobatan sesuai kapasitasnya.
Masih memperingati Hari Hepatitis Sedunia, kemarin diluncurkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Hepatitis Virus di Indonesia.
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Sigit Priohutomo menuturkan, Permenkes No 53/2015 akan jadi pedoman program dan klinis penanggulangan hepatitis. (ADH)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.