KOMPAS.com – Ada keganjilan selama ini terkait cara berjalan Presiden Rusia Vladimir Putin, tangan kanannya seperti tertahan hampir tak bergerak dan jika bergerak, pergerakannya kaku, sedangkan tangan kirinya berayun dengan bebasnya.
Hal ini telah memicu spekulasi selama bertahun-tahun terkait penyebabnya dengan rumor mulai dari stroke ketika dia masih di rahim hingga polio saat masa kanak-kanak.
Sekarang, studi baru yang dilakukan oleh sekelompok ahli saraf mencapai kesimpulan yang berbeda, yang menyebutkan penyebab cara berjalan Putin seperti itu adalah karena latihan yang didapatnya ketika dia masih tergabung dalam KGB Uni Soviet, badan keamanan nasional bangsa.
Dalam studi yang telah diterbitkan online pada 14 Desember di jurnal The BMJ, para peneliti menemukan, bahwa para pejabat Rusia lainnya menampilkan gaya berjalan yang sama dengan Putin, yang mereka sebut terkait dengan pelatihan KGB yang bertujuan untuk membuat "lengan senjata" dekat dengan sarungnya dan siap untuk menarik pistol di setiap saat.
Bukan parkinson
Kebanyakan dari kita ketika berjalan, akan secara alami mengayunkan lengan yang bertentangan dengan gerakan kaki kita dan kita melakukannya dengan spontan.
Para ilmuwan telah mencari tahu, apakah mengayunkan tangan ketika berjalan bisa memberi manfaat dari cara kita bergerak.
Dan beberapa studi telah menyimpulkan, bahwa ayunan tangan seorang pelari dapat membantu menjaga keseimbangan tubuh mereka sekaligus menghemat energi.
Tetapi berjalan dengan mengayunkan satu lengan merupakan hal yang tidak biasa, kata Bastiaan R. Bloem, wakil penulis studi baru dan profesor neurologi gangguan gerak di Radboud University Nijmegen Medical Centre di Belanda.
Selain itu, lengan yang tak bergerak merupakan salah satu gejala awal yang diketahui sebagai indikator terkena penyakit parkinson, katanya.
Setelah seorang rekan mengirimkan Bloem sebuah email yang berisi video YouTube, yang menunjukkan lengan kanan Putin yang kaku. Bloem cukup tertarik untuk menggali hal ini sedikit dalam, dia berkata kepada Live Science.
Dia menemukan sejumlah video yang menampilkan Putin di acara-acara publik di mana dia berjalan cukup jauh. Kurangnya gerakan lengannya telah berlangsung selama beberapa tahun.
"Anda dapat mengatakan, jika itu adalah sebuah alasan, mungkin bahunya kesakitan atau mempunyai beberapa masalah intermiten lainnya," kata Bloem. "Tetapi, ketika kami menemukannya, ini telah berlangsung selama beberapa tahun."
Bloem dan beberapa rekannya mempraktikan sebuah subdisiplin neurologi yang diidentifikasikan sebagai "movement disorder enthusiasts."
Menganalisa bagaimana cara orang berjalan adalah sifat kedua dari para ahli tersebut - pada konferensi neurologi, mereka merupakan satu-satunya yang mengevaluasi bagaimana setiap orang berjalan dengan cara mereka ketika melewati ruangan.
"Pergerakan yang normal ini kompleks dan kemudian melihat mereka berjalan dengan cara yang salah ketika ada cacat pada otak, merupakan suatu bidang yang menarik," kata Bloem.
Rekaman Putin ketika berjalan menggugah minat Bloem dan wakil penulis studi ini. Tetapi, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengesampingkan parkinson sebagai penyebab cara berjalan Putin.
Parkinson adalah penyakit progresif dan dalam rekaman dari tahun ke tahun, tidak ada bukti bahwa gerakan lengan Putin atau bagian lain dari tubuhnya mengalami kondisi yang terus memburuk.
Bahkan, semua bukti tampaknya menunjukkan bahwa secara keseluruhan, Putin dalam kondisi fisik yang baik.
Para peneliti mengevaluasi rekaman Putin ketika melakukan sejumlah kegiatan yang berbeda, dan mengatakan bahwa ketrampilan motoriknya "sangat baik".
Saat itulah Bloem menemukan, bahwa Putin bukanlah satu-satunya pejabat Rusia yang berjalan dengan cara ini.
Kembali di Uni Soviet
Para peneliti mengamati pola berjalan yang sama- dengan lengan kanan kaku yang hampir tidak bergerak menyertai pergerakan normal - pada empat pejabat Rusia terkenal lainnya; Perdana Menteri Dmitry Medvedev; Mantan Menteri Pertahanan Anatoly Serdyukov; Sergei Ivanov, Kepala Administrasi Kepresidenan Rusia; dan Komandan Distrik Militer Barat Anatoly Sidarov.
Rekaman dan foto-foto lain yang diteliti para ilmuwan menunjukkan, bahwa pejabat Rusia semuanya pengguna tangan kanan dan tampaknya mereka tidak mengalami penurunan fungsi lengan kanan mereka, kecuali seperti yang diperagakan saat mereka berjalan.
Kemungkinan lima pejabat Rusia ini menderita parkinson dan mempunyai gejala degenerasi pada bagian tubuh yang sama adalah kecil.
Bloem dan rekan-rekannya tahu, bahwa ini harus ada penjelasan lain terkait hal ini dan mereka menemukannya - tidak dalam literatur medis, tapi di halaman manual pelatihan KGB.
"Ini secara harafiah mengatakan, ketika Anda berjalan, jangan menggerakkan lengan kanan, jaga agar tetap dekat dengan sarung pistol dan bersiaplah untuk menarik senjata," Bloem menjelaskan.
Putin dan Ivanov keduanya melayani KGB, di mana mereka pasti telah dilatih untuk membatasi gerakan lengan kanan mereka ketika berjalan. Dan meskipun sisanya bukanlah orang KGB, latar belakang militer mereka bisa menjelaskan cara berjalan yang mereka adopsi ini.
Untuk Medvedev, satu-satunya pejabat yang bukan dari KBG dan tidak mendapat pelatihan militer, studi menunjukkan, bahwa kurangnya ayunan lengan kanannya bisa menjadi contoh perilaku "meniru si bos".
Ini adalah praktik yang tidak jarang di Rusia, dimana pejabat sering meniru perilaku atasan mereka, menurut para peneliti.
"Menarik dan kompleks"
Para penulis studi menemukan lebih banyak contoh dari cara berjalan siap senjata ini, di beberapa lokasi yang tidak biasa - film-film Hollywood tentang penembak liar yang kasar dan siaga.
Seperti pejabat Rusia, aktor yang digambarkan sebagai koboi jaman dulu di barat menampilkan kesamaan berjalan dengan lengan kanan yang tak bergerak, ketika mereka menyusuri Main Street di tengah hari.
Para peneliti menyimpulkan, bahwa meskipun gerakan Putin tampaknya merupakan hasil dari pengondisian dan bukanlah sebuah contoh gangguan neurologis, studi ini masih penting untuk mereka yang mempelajari penyakit seperti parkinson, kata Bloem.
Dengan mengenyampingkan ciri ini sebagai gejala parkinson, studi baru diharapkan bisa membantu dokter mengidentifikasi parkinson lebih dini dan mencegah penyakit berkembang sepenuhnya.
Dan melaporkannya dengan sebuah sentuhan imajinasi tidak lah terlalu buruk, Bloem menambahkan. (Gibran Maulana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.