Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/01/2016, 11:57 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - Hidup yang dipenuhi dengan kesibukan dan tuntutan, rentan membuat seseorang depresi, terlebih bila masalah yang dihadapi tak kunjung reda dan semakin menumpuk.

Sayangnya, menurut para peneliti dari Indiana University yang dipimpin oleh Prathik Kini, sebagian besar orang memutuskan untuk meredakan stres dengan cara yang akhirnya menimbulkan masalah baru.

Misalnya, dengan cara berbelanja yang akhirnya membuat keuangan sedikit berantakan, atau makan enak yang nantinya malah menimbulkan masalah berat badan. Padahal, ada cara lain yang bisa Anda lakukan di mana pun dan kapanpun.

Dalam studi tersebut, peneliti merekrut 43 orang yang merasa depresi dan meminta mereka melakukan sesi konseling sebagai pengobatan untuk kegelisahan atau depresi.

Dua puluh dua dari responden diminta untuk melakukan kegiatan “Pay It Forward”, yaitu menerima sejumlah uang, lalu menuliskan rasa syukur pada selembar kertas, lalu memberikan sebagian uang tersebut kepada orang lain yang membutuhkan.

Sedang peserta lain, tidak diharuskan melakukan hal yang sama, mereka diminta menggunakan uang tersebut untuk kesenangan lain.

Tiga bulan setelah konseling usai, peneliti melakukan scanner otak pada masing-masing peserta. Para peneliti menemukan, semakin semakin kuat perasaan syukur yang dirasakan dan semakin banyak uang yang diberikan untuk beramal, maka akan semakin tinggi aktivitas otak di daerah frontal, parietal, dan oksipital.

 Hal tersebut berhasil menciptakan efek syaraf yang menimbulkan rasa emosional yang unik bila dilakukan secara rutin, yaitu perasaan bahagia, merasa cukup, bahkan meningkatkan empati pada orang lain.

Dengan kata lain, semakin sering Anda bersyukur dan beramal, maka bagian dari otak seakan memiliki kemampuan baru, yaitu “otot syukur”, yang dapat diperkuat bila Anda sering bersyukur.

Menariknya, semakin kuat otot tersebut, akan banyak pula perasaan-perasaan bahagia yang muncul secara spontan di masa depan.

“Semua dimulai dengan rasa syukur. Semakin banyak bersyukur, semakin besar kemungkinan kita untuk bertindak pro-sosial terhadap orang lain, sehingga memberikan kita kesempatan untuk lebih banyak beramal. Beramal akan membuat sang penerima amal tersebut merasa bersyukur dan akhirnya perasaan positif tersebut menyebar. Ini baik untuk membentuk generasi-generasi yang berbudi baik di kemudian hari,” ungkap peneliti.

Jadi, sudahkan Anda bersyukur hari ini?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau