Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/04/2016, 16:45 WIB

KOMPAS.com — Tidak diragukan lagi, patah hati sering kali menyebabkan kesedihan mendalam yang akhirnya memengaruhi tubuh kita. Meski setiap orang menghadapinya dengan berbeda, kebanyakan orang pernah mengalami fase “diet patah hati”.

Lalu, mengapa patah hati menyebabkan kita kehilangan nafsu pada makanan? Pakar hubungan, Marina Pearson dan Debra Smouse, menjelaskan penyebabnya.

Sebagai permulaan, Pearson mengungkapkan, “Mengingat bahwa tubuh dan pikiran terhubung, sangat masuk akal jika saat Anda sedih atau marah, tubuh Anda pun akan terpengaruh.”

Ia menjelaskan bagaimana kadar kimia dalam tubuh bereaksi saat pikiran dalam kondisi stres. “Hal pertama yang dilakukan tubuh adalah memproduksi lebih banyak adrenalin, yang akan mengalir ke seluruh tubuh dan meningkatkan kadar kortisol dalam tubuh.”

Terlalu banyak kortisol dalam tubuh secara terus-menerus dapat menyebabkan meningkatnya gula darah, berkurangnya kalsium dalam tulang, depresi, tekanan darah tinggi, hilangnya masa otot, meningkatnya jumlah lemak, bahkan hilangnya fungsi kognitif.

Singkatnya, kondisi ini sangat berefek pada sistem imunitas tubuh. Selanjutnya, karena sistem imunitas tubuh ada di dalam usus, bukan hal yang mengejutkan jika patah hati memengaruhi nafsu makan Anda.

Smouse menambahkan, ada kalanya ketika sedang berdamai dengan patah hati, sebagian orang memilih menikmati “comfort food”, seperti cupcakes, wine, es krim, atau cokelat. Namun, di sisi lain, banyak orang yang juga merasa sakit ketika mencoba untuk makan.

“Seolah-olah memang ada hubungan antara perut kita dan hati kita. Ketika makanan masuk melalui bibir, hal itu seakan mengirimkan rasa sakit pada tubuh. Kita merasa sangat kesulitan untuk menelan. Kita memaksa diri untuk makan sesuatu, dan di saat bersamaan nafsu makan tak ada sama sekali,” urai Smouse.

Smouse menambahkan, “Ketika kita merasa kehilangan harapan dan belum siap untuk menyembuhkan diri, kita cenderung menghindari rasa sakit lainnya. Oleh karena itu, kita memilih menjauh dari makanan.”

Ketika hati kita terluka, masuk akal jika tubuh kita pun merasa terluka. “Dalam situasi ini, tubuh hanya ada dalam dua kondisi, entah itu dalam 'perbaikan' atau dalam mode 'istirahat',” ujar Pearson.

Jika patah hati berefek negatif, maka tubuh akan berusaha memperbaikinya. Jika tubuh terus-menerus dalam kondisi perbaikan, ini akan memengaruhi nafsu makan karena berarti tubuh bekerja dari waktu ke waktu.

Hilangnya nafsu makan tentu akan menyebabkan penurunan berat badan, dan tak jarang ini menyenangkan. Namun, Smouse memperingatkan kita untuk menghindari wilayah tak sehat ini.

“Kehilangan berat badan bisa terjadi pada masa patah hati. Namun, membiarkan diri kelaparan adalah pilihan buruk karena itu berarti bahwa Anda tidak menjaga diri,” ujar Smouse.

Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah menerima kondisi secara emosional dan mental. Biarkan diri Anda merasakan semuanya. Semakin lama Anda menunda setiap proses perasaan Anda, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pulih.

“Putus cinta memang akan menghadirkan duka dan kesedihan karena Anda kehilangan hubungan yang telah dibangun. Namun, percayalah, hati Anda akan sembuh dan akan menemukan cinta yang lain, yang mungkin lebih baik.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau