Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/05/2016, 12:15 WIB

KOMPAS.com - Masa subur alias ovulasi merupakan waktu yang ditunggu-tunggu oleh pasangan yang sedang melakukan program kehamilan. Apa yang terjadi pada tubuh ketika ovulasi terjadi?

Ovulasi terjadi ketika sel telur yang sudah matang berpindah dari indung telur ke tuba falopi dan siap untuk dibuahi. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus menstruasi, tapi waktunya bervariasi pada tiap wanita.

Di usia 20 minggu, janin perempuan sudah memiliki 2 juta sel telur yang belum matang, yang disebut oocytes, di dalam rahimnya. Namun, ia akan kehilangan hampir 75 persen sel telur ini saat dilahirkan.

Kondisi tersebut membuat sebagian besar wanita hanya memiliki setengah juga sel telur yang belum matang. Sel-sel telur ini baru akan matang saat seorang perempuan masuk usia pubertas.

Saat sel telur berpindah ke tuba falupi, sel sperma akan membuahi sel telur. Setelah dibuahi kemudian sel telur pindah ke rahim dan berkembang menjadi janin.

Selama ovulasi, dinding rahim akan menjadi tebal untuk mempersiapkan diri pada sel telur yang sudah dibuahi. Jika tidak ada sel telur yang dibuahi, lapisan tebal tadi akan luruh dan menyebabkan perdarahan bulanan yang disebut menstruasi.

Meski begitu, mengalami menstruasi tak berarti terjadi ovulasi. "Kesalahpahaman tentang ovulasi adalah bahwa jika menstruasi, berarti ovulasi, padahal tak selalu demikian," kata Dr.Mary Jane Minkin, profesor obestetri dan ginekologi dari Yale School of Medicine.

Sebagian besar wanita memiliki siklus ovulatori, pembentukan lapisan uterus, karena adanya hormon estrogen.

Ada banyak penyebab masalah ovulasi, misalnya tersumbatnya tuba falopi karena penyakit radang panggul atau endometriosis. Penyakit tiroid juga bisa membuat indung telur memproduksi sel telur sedikit.

Gangguan ovulasi ini hanyalah salah satu penyebab infertilitas (ketidaksuburan). Gangguan fisik pada rahim atau fibroid uterine juga bisa menyebabkan kesulitan kehamilan.

Periode

Kebanyakan orang menganggap ovulasi pasti terjadi pada 14 hari setelah menstruasi terakhir. Padahal, waktunya sangat bervariasi, biasanya sekitar hari 11 dan 21 siklus menstruasi.

Seorang wanita sering tidak menyadari kapan ia mengalami masa subur. Tetapi, ada tanda-tanda umum yang bisa dipakai untuk mendeteksi ovulasi, misalnya saja merasa kram perut, payudara menjadi lunak, atau ada keluar lendir dari vagina yang bening dan licin.

Hewan mamalia dan juga kera akan mengalami "siklus estrous", bukan siklus menstruasi. Pada siklus tersebut, betina akan lebih aktif secara seksual. Sebenarnya hal ini juga terjadi pada manusia.

Hewan mamalia tidak memiliki siklus menstruasi, ini karena rahim mereka menyerap lapisan dinding rahim, bukan meluruhkannya seperti pada manusia.

Perempuan berusia 45-51 tahun yang tidak menstruasi, kemungkinan adalah tanda menopause.

Menopause terjadi saat tubuh kehabisan sel telur dan berhenti ovulasi. Seringkali seorang wanita tetap menstruasi setelah ovulasi berhenti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Health
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Health
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Health
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
Health
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Health
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
Health
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Health
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Health
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
Health
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
Health
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Health
Apakah Tidur Cukup Penting Didapat Orang Dewasa? Ini Kata Dokter…
Apakah Tidur Cukup Penting Didapat Orang Dewasa? Ini Kata Dokter…
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau