Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2016, 16:47 WIB
Dian Maharani

Penulis

KOMPAS.com – Selama 32 tahun, petinju legendaris Muhammad Ali bertarung dengan penyakit Parkinson. Ali tutup usia pada 74 tahun setelah sempat dilarikan ke rumah sakit.

Parkinson adalah penyakit degeneratif yang menyerang otak dan umumnya terjadi pada usia lanjut atau di atas 60 tahun. Penyebab parkinson hingga saat ini belum diketahui pasti.

Selain karena faktor usia, para ahli menduga benturan keras pada kepala juga bisa memicu parkinson. Seperti halnya yang terjadi pada Ali.

Ali diduga terkena parkinson di usia 42 tahun karena diduga sering mengalami benturan pada kepalanya saat pertarungan tinju.

Beberapa petinju lain juga diketahui mengalami nasib yang sama. Namun, benturan keras pada kepala tak selalu menyebabkan parkinson.

Dokter Spesialis Saraf dari Parkinson and Movement Disorder Center Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk Jakarta, Frandy Susatia mengungkapkan, benturan yang bisa memicu parkinson jika mengenai bagian otak yang mengganggu produksi dopamin.

“Kalau benturan terjadi kerusakan di titik tertentu dan terkena di daerah yang khusus menghasilkan dopamin, bisa parkinson. Kalau jidatnya yang kebentur, ya tidak,” terang Frandy seperti ditulis Kompas.com, Kamis (9/9/2015).

Frandy menjelaskan, parkinson menyerang sel saraf di otak yang bernama basal ganglia. Sel ini berfungsi untuk mengontrol gerakan tubuh. Sel tersebut pun membutuhkan neurotransmitter dopamine dan acetylcholine dalam jumlah seimbang untuk memberikan sinyal ke sel yang mengontrol gerakan tubuh.

Kekurangan dopamin di otak itu menyebabkan pasien parkinson mengalami gangguan gerak seperti tremor atau gemetar. Selain gemetar, gejala parkinson juga bisa berupa kekakuan sendi hingga gangguan postur tubuh.

Hingga saat ini belum ada obat-obatan maupun metode operasi yang menyembuhkan parkinson. Seiring bertambahnya usia, gejala parkinson bisa bertambah parah hingga menyebabkan kelumpuhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau