Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Kader Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Nusantara

Kompas.com - 02/12/2016, 08:10 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selalu ada tantangan ketika memberi penyuluhan soal HIV/AIDS di Indonesia. Cara yang sukses diterapkan di satu daerah, belum tentu berhasil jika diterapkan di daerah lain.

Simak saja pengalaman Male Noermalewati, kader Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat (PIKM) PKBI yang mengemban misi untuk melakukan penyuluhan soal HIV/AIDS kepada geng motor. Wanita kelahiran Ciamis, 15 November 1967 ini harus masuk ke lingkungan yang dianggap dekat dengan perilaku kriminal.

“Sebetulnya untuk mengajak geng motor itu tak susah. Asalkan pendekatannya benar dan kita tahu kemauan mereka,” kata kader yang akrab dipanggil Bunda Male ini.

Menurut dia, banyak anggota geng motor yang kurang mendapat kasih sayang dari lingkungan dan keluarga. Akibatnya mereka memilih untuk hidup di jalanan.

Untuk itu, Bunda Male, melakukan pendekatan berbasis keterampilan dan kesenian untuk masuk ke lingkungan mereka. Kini, Bunda Male dan PIKM Anak Bangsa di Tasikmalaya terus melakukan sosialiasi mengenai HIV/AIDS dan berhasil mengajak sekitar 500 anggota geng motor dan anak jalanan untuk melakukan tes HIV secara sukarela.

Ada lagi kisah Sodikin yang mengepalai sebuah dusun di kawasan Pematang Siantar, Sumatera Utara. Awalnya ia tak peduli mengenai HIV/AIDS.

Seiring waktu, ia makin paham apa itu HIV/AIDS. Apalagi di daerahnya banyak berdiri panti pijat dan kafe yang tak menutup kemungkinan terjadinya transaksi seks.

Sodikin mengaku, awalnya tak mudah mengajak masyarakat untuk melakukan tes HIV. Apalagi  stigma mengenai penyakit ini yang erat kaitannya dengan perilaku buruk.

“Akhirnya saya beri contoh. Saya tes HIV terlebih dulu, kemudian keluarga pun mengikuti. Barulah masyarakat mengikuti,” ujar Sodikin seperti yang termuat dalam buku Gotong Royong Menuju Indonesia Sehat yang dikeluarkan oleh PKBI.

Berbagai rintangan kerap dialami oleh para kader PIKM yang hendak melakukan penyuluhan tentang HIV/AIDS. Tiap rintangan bisa berbeda penanganannya.

Hal ini diamini oleh Yudi Supriadi selaku Program Officer Pemberdayaan Masyarakat dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Apalagi ketika materi penyuluhan sudah membahas tentang kondom, penolakan bisa datang dalam bentuk yang keras.

“Tapi justru itu seninya. Kita harus mencari cara bagaimana agar materi penyuluhan diterima dan dipahami serta mengajak orang melakukan tes HIV,” imbuh Yudi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau