Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Trauma yang Mungkin Dialami Korban Perkosaan Reynhard Sinaga

Kompas.com - 07/01/2020, 15:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berita tentang Warga Negara Indonesia bernama Reynhard Sinaga yang dijatuhi hukuman seumur hidup karena melakukan perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 pria di Inggris viral di media sosial.

Pasalnya, kasus tersebut menjadi tragedi pemerkosaan berantai terbesar sepanjang sejarah Inggris.

Menurut laporan BBC, sebagian besar korban tidak bisa menerima kenyataan yang telah terjadi.

Bahkan, mereka merasa tak berguna dalam keluarga dan meninggalkan rumah. Kabar buruknya lagi, sebagian korban mengalami gangguan jiwa dan bahkan sampai berniat bunuh diri.

Efek dan dampak kekerasan seksual- termasuk perkosaan- dapat mencakup trauma fisik, emosional, dan psikologis.

Trauma mendalam

Menurut psikolog klinis dari Personal Growth, Talissa Carmelia, kasus kekerasan seksual ini tak memandang jenis kelamin atau gender.

Baca juga: Hai Perempuan, Lakukan Ini untuk Bangkit dari Trauma Kekerasan...

Pria maupun wanita juga bisa menjadi korban dan mengalami dampak yang sama seperti korban lainnya seperti trauma, depresi, kecemasan dan sejenisnya.

"Mungkin, mereka akan mengalami beberapa tantangan yang berbeda dibandingkan dengan perempuan dari sisi perlakuan sosial atau stereotype kepada pria maupun mengenai sisi maskulin prianya," ucap Talissa.

Talissa juga mengatakan, pria yang menjadi korban kekerasan seksual cenderung akan merasa bersalah (guilty) dan mempertanyakan dirinya sendiri bahwa seharusnya mereka cukup kuat dan melawan.

"Mereka akan cenderung menarik diri atau menghindar dari hubungan dengan orang lain karena takut dengan judgement dan respons sosial di sekitarnya," tambahnya.

Selain hal tersebut, beberapa hal lain yang mungkin dirasakan oleh korban kekerasan seksual antara lain:

  • merasa tertekan, stres, tidak bisa beristirahat maupun tidur.
  • merasa takut tidak dipercaya
  • memiliki ketakutan akan terjadi hal buruk lainnya ataupun masa depan.
  • mempertanyakan seksualitasnya (walaupun ketika seseorang mengalami sexual abuse, tidak berpengaruh pada orientasi seksual).

Keluar dari trauma

Setiap korban kekerasan seksual pasti membutuhkan waktu untuk dapat kembali beraktivitas. Menurut Talissa, setiap korban memiliki waktu dan cara yang berbeda dalam menghadapi kejadian tersebut.

Jika orang terdekat kita mengalami tragedi tersebut, Talissa menyarankan agar kita lebih banyak mendengarkan dan berada di dekatnya untuk menunjukan dukungan.

"Tunjukkan kepada dirinya bahwa anda peduli secara tulus tanpa ada tanggapan atau respons yang memojokkan dirinya," ucap Talissa.

Umumnya, korban akan membutuhkan waktu untuk kembali terbuka dan mau bercerita.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau