Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/05/2022, 10:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Epilepsi adalah suatu kondisi kronis yang ditandai dengan kejang berulang.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi.

"Epilepsi diklasifikasikan ke dalam empat kategori," kata Jacqueline French, ahli saraf di NYU Langone Health.

Epilepsi idiopatik (juga disebut epilepsi primer atau intrinsik) tidak terkait dengan penyakit neurologis lainnya, dan tidak diketahui penyebabnya kecuali kemungkinan genetik.

Sementara itu, epilepsi sekunder dapat timbul dari komplikasi prenatal, cedera otak traumatis, stroke, tumor dan penyakit serebrovaskular.

Baca juga: 10 Penyebab Sakit Tenggorokan Berlangsung Terus-menerus

Bagaimana mengatasi epilepsi?

Orang dengan epilepsi dapat diobati dengan pengobatan, pembedahan, terapi atau kombinasi dari ketiganya.

WHO memperkirakan bahwa secara keseluruhan, 70 persen penderita epilepsi dapat mengontrol kejangnya dengan obat anti-epilepsi atau pembedahan.

Namun, 75 persen penderita epilepsi yang tinggal di daerah berkembang tidak menerima pengobatan untuk kondisinya.

Sebenarnya, epilepsi bisa diatasi dengan cara berikut:

1. Pemberian obat

Obat antikonvulsan adalah pengobatan yang paling sering diresepkan untuk epilepsi, menurut French.

Ada lebih dari 20 obat epilepsi yang tersedia di pasaran, termasuk carbamazepine (juga dikenal sebagai Carbatrol, Equetro, Tegretol), gabapentin (Neurontin), levetiracetam (Keppra), lamotrigin (Lamictal), dan oxcarbazepine (Trileptal).

Sebagian besar efek samping antikonvulsan relatif kecil, seperti kelelahan, pusing, kesulitan berpikir atau masalah suasana hati, kata French.

Dalam kasus yang jarang terjadi, obat dapat menyebabkan reaksi alergi, masalah hati dan pankreatitis.

2. Operasi atau pembedahan

Pembedahan dapat menjadi pilihan pengobatan jika pasien mengalami kategori epilepsi tertentu, seperti kejang fokal.

Dalam kasus ini, pembedahan dapat membantu meringankan gejala dengan menghilangkan bagian otak yang menyebabkan kejang.

Namun, ahli bedah akan menghindari operasi di area otak yang diperlukan untuk fungsi vital seperti bicara, bahasa, penglihatan atau pendengaran.

Baca juga: Faktor Risiko Hepatitis Akut yang Menjadi KLB

3. Terapi lain

Ada tiga jenis terapi yang biasa diberikan untuk pasien epilepsi, antara lain stimulasi otak, terapi responsive neurostimulation, stimulasi saraf vagus.

Stimulasi otak dalam, disetujui sebagai pengobatan untuk epilepsi pada tahun 2018 oleh FDA.

Terapi ini dilakukan dengan memberikan kejutan konstan ke elektroda yang ditanamkan di bagian otak yang disebut thalamus.

Terapi terkait, yang disebut responsive neurostimulation (RNS), telah disetujui oleh FDA pada tahun 2013.

Terapi ini menganalisis aktivitas otak dan memberikan stimulasi yang ditargetkan ke area otak tertentu untuk menghentikan perkembangan kejang saat muncul.

Stimulasi saraf vagus, di mana alat seperti alat pacu jantung dimasukkan ke dalam dada dan mengirimkan semburan listrik melalui saraf vagus ke otak, kadang-kadang dapat mengurangi kejang pada kasus epilepsi yang tidak dapat disembuhkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau