BAYI baru lahir dapat memiliki bentuk kepala bermacam-macam. Ada beberapa bentuk kepala bayi yang harus mendapat perhatian lebih para orangtua.
Contohnya, bentuk kepala asimetri (plagiocephaly) atau bentuk kepala lebar (brachycephaly).
Kelainan bentuk ini memang relatif umum ditemui, dapat terjadi sekitar satu dari tiga puluh bayi.
Kelainan bentuk ini dapat diterapi menggunakan alat khusus berbentuk seperti helm. Alat ini digunakan pada awal masa bayi agar bentuk kepala dapat tumbuh normal seiring pertumbuhan otak.
Pemberian terapi ini hanya untuk alasan kosmetik karena kelainan ini bukan merupakan kondisi berbahaya atau mengancam jiwa.
Kelainan bentuk kepala lainnya yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah craniosynostosis, kelainan yang memengaruhi sekitar 2.500 bayi di dunia.
Craniosynostosis adalah cacat lahir di mana sendi-sendi pada tulang tengkorak bayi menyatu terlalu dini.
Tengkorak bayi terdiri dari beberapa lempeng terpisah yang saling berhubungan oleh sendi. Selama masa anak anak, sendi fibrosa lebih lentur, fleksibel, dan terbuka sehingga otak dan ukuran kepala dapat bertumbuh.
Hal ini yang menjadi penting bagi orangtua, untuk melindungi kepala bayi dari bahaya trauma karena sendi-sendi di tengkorak bayi belum menutup secara sempurna. Namun apabila sendi- sendi fibrosa menutup sebelum bayi lahir, hal ini yang disebut craniosynostosis.
Kepala bayi terdapat enam sendi fibrosa dan biasanya jarang ada lebih dari satu sendi yang menyatu sebelum waktunya.
Masing-masing sendi yang menyatu akan memberikan bentuk kepala yang berbeda.
Terdapat beberapa tips bagi orangtua untuk mengenali kelainan ini dengan mengamati bentuk kepala bayi, apakah terdapat tonjolan abnormal di sepanjang kepala atau di sepanjang alis, memiliki bentuk kepala panjang dan sempit dengan alis lebar atau menonjol.
Ciri lain tulang alis yang sangat sempit dan runcing dengan bentuk kepala segitiga, tulang alis yang rata di satu sisi dengan mata terbuka lebar di sisi yang sama dan pangkal hidung tertarik ke sisi yang sama dengan tulang alis yang rata.
Hingga saat ini, penyebab craniosynostosis pada sebagian besar bayi masih belum diketahui. Beberapa bayi menderita craniosynostosis karena terjadi kelainan genetika mereka.
Dalam beberapa kasus, craniosynostosis terjadi karena kelainan pada satu gen, sehingga dapat menyebabkan sindrom genetik.
Namun, dalam banyak kasus, craniosynostosis diduga disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain, seperti paparan pada ibu dengan bahan berbahaya, makanan atau minuman ibu yang tidak terjaga gizinya, atau obat-obatan tertentu yang digunakan selama kehamilan.
Baru-baru ini, ada beberapa temuan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengenai faktor yang meningkatkan kemungkinan memiliki bayi dengan craniosynostosis:
Kelainan ini biasanya jarang terlewatkan dalam penegakan diagnosisnya ketika bayi. Kelainan ini biasanya menimbulkan gejala ketika anak bertambah dewasa, berupa gejala peningkatan tekanan di dalam tengkorak yang dikenal sebagai peningkatan tekanan intrakranial (TIK), sakit kepala, gangguan penglihatan, atau keterlambatan perkembangan.
Selain itu, biasanya terdapat kelainan bentuk kepala seperti asimetri wajah/alis yang parah atau bentuk tengkorak yang sempit.
Apabila sudah mengalami hal demikian, maka harus dilakukan operasi dengan remodeling tulang tengkorak untuk memperbaiki kelainan bentuk dan memberikan lebih banyak ruang bagi otak untuk berkembang.
Dokter dapat mengidentifikasi craniosynostosis selama pemeriksaan fisik, dengan cara meraba kepala bayi untuk mencari tepi keras di sepanjang sendi fibrosa dan titik lunak yang tidak biasa.
Dokter juga akan mencari adanya masalah pada bentuk wajah bayi. Jika dokter mencurigai bayi menderita craniosynostosis, maka dokter biasanya akan meminta pemeriksaan lebih lanjut untuk membantu memastikan diagnosisnya, seperti CT scan tes untuk melihat detail tengkorak dan otak, sendi fibrosa sudah tertutup, dan perkembangan otak.
Semua jenis kelainan ini harus diberikan tatalaksana dengan prosedur pembedahan. Apabila kelainan ditemui ketika bayi berusia kurang dari 6 bulan, maka pembedahan dapat dilakukan dengan minimal invasive menggunakan kamera dan sayatan yang sangat kecil.
Sedangkan anak-anak yang lebih besar perlu menjalani operasi lebih rumit yang disebut remodeling tulang tengkorak. Tulang tengkorak akan dibentuk kembali oleh ahli bedah.
Hal ini biasanya juga terjadi apabila bayi mengidap sindrom genetik lainnya.
Berikut dijelaskan beberapa penatalaksanaan yang akan dilakukan oleh dokter untuk memperbaiki kelainan craniosinostosis.
Helm yang dapat dibentuk. Untuk bayi dengan kasus craniosynostosis yang sangat ringan, pembedahan mungkin tidak diperlukan.
Dalam beberapa kasus, penyedia layanan merekomendasikan helm khusus yang dibentuk sedemikian rupa untuk membantu memperbaiki bentuk kepala bayi.
Pembedahan dengan endoskopi. Untuk bayi yang sangat muda (biasanya sebelum usia 6 bulan), dapat dilakukan operasi melalui endoskopi sehingga termasuk dalam tindakan invasif minimal.
Selama prosedur ini, ahli bedah akan membuat dua sayatan kecil untuk mengangkat sepotong kecil tulang secara endoskopi, sehingga ruang yang tercipta dari pengangkatan tulang tersebut diharapkan akan menambah volume isi kepala sehingga otak bayi dapat berkembang normal.
Prosedur ini biasanya memakan waktu sekitar satu jam atau mungkin lebih lama, tergantung dari ahli bedah yang melakukannya. Setelah dilakukan operasi, biasanya bayi akan diminta untuk memakai helm cetakan seperti yang disebut di atas.
Operasi terbuka. Untuk bayi yang lebih tua (di atas 6 bulan) atau bayi dengan jenis craniosynostosis tertentu akan dilakukan operasi terbuka untuk memperbaiki bentuk kepala.
Dalam prosedur ini, ahli bedah akan melakukan remodelling tulang tengkorak. Ahli bedah akan menyayat sendi fibrosa dan menata ulang tulang tengkorak, sehingga diharapkan jaringan otak dan tulang tengkorak dapat tumbuh normal.
Prosedur ini biasanya akan memakan waktu lebih lama (biasanya sekitar enam jam), dan membutuhkan perawatan di rumah sakit yang lebih lama.
Dalam waktu satu, enam atau dua belas bulan, bayi akan diminta untuk kontrol kembali ke ahli bedah selama proses penyembuhan berlangsung.
Pada akhirnya, kelainan craniosinostosis merupakan kelainan bawaan dari lahir. Perawatan sedini mungkin pada kelainan ini, akan memberikan luaran yang baik pada bayi.
Selain itu, pentingnya kesadaran orangtua apabila menemukan bentuk kepala bayi yang kurang baik, orangtua dapat membawa dan berkonsultasi dengan dokter ahli di bidangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.