Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
RILIS BIZ

RS Harapan Keluarga Member of Radjak Hospital Group Sediakan Layanan Ambulance Gratis untuk Kasus Trauma

Kompas.com - 03/02/2024, 11:49 WIB
Sri Noviyanti

Editor

"Pengobatan alternatif pijat patah tulang memang menjadi pilihan masyarakat. Paling banyak alasannya adalah karena rasa takut akan operasi," kata dr Juliando.

Meski demikian, ia tidak menyalahkan pilihan masyarakat. Ia menilai, mayoritas masyarakat belum memahami risikonya.

"Ada beberapa alasan tindakan medis adalah pilihan lebih baik. Misalnya, potensi adanya pembuluh darah terjepit, yang ujungnya menyebabkan kegagalan fungsi anggota tubuh," ucapnya.

Ia mencontohkan pada kasus cedera fraktur tertutup pada lengan bagian atas. Pengobatan alternative umumnya hanya membenarkan tulang tanpa memahami adanya jalur pembuluh darah.

"Akhirnya yang terjadi adalah pasien penderita awalnya mengalami kebas, lalu jari-jarinya mulai terasa kebas, dan berujung pada munculnya warna hitam, yang mengindikasikan matinya jaringan pada area tersebut," ucapnya lagi.

Oleh karena itu, ia berharap agar masyarakat mulai memahami risiko yang akan mereka hadapi saat memilih cara pengobatan pada trauma yang mereka alami.

"Dengan adanya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, kami harap, risiko-risiko seperti ini dapat dihindari," imbuhnya.

Jangan anggap enteng

Di sisi lain, ia juga menimbau masyarakat untuk tidak mengganggap enteng kasus trauma yang dialaminya.Sebab, sekecil apa pun truma maka dapat memiliki potensi menimbulkan keluhan pada fungsi tubuh di kemudian hari.

Dokter Spesialis Bedah Saraf RS Harapan Keluarga Member of Radjak Hospital, dr SM Tunggul Mangaradja Marpaung, SpBS, menjelaskan bahwa ada beberapa kasus trauma yang memiliki dampak setelah beberapa waktu berselang.

"Saat menerima kasus trauma, yang pertama kali kami lakukan adalah menganalisa, mana yang pertama harus kita lakukan untuk menyelamatkan hidup pasien. Semaksimal mungkin, setelah itu, kita memastikan fungsi organ tubuhnya dapat kembali," kata dr Tunggul.

Setelah perawatan, ia menyatakan mayoritas penderita trauma bisa kembali mendapatkan fungsi dari bagian tubuhnya secara normal.

"Tapi, ada beberapa kasus late-syndrome. Mungkin pada pusat traumanya sudah kita pulihkan, tapi tidak tertutup kemungkinan trauma itu menyebabkan area lain terdampak," ucapnya.

Sebagai contoh, dalam kasus yang pernah ia tangani, seorang anak kecil mengalami trauma jatuh di area kepala.

"Saat itu, traumanya sudah pulih. Tapi kemarin, ibunya datang kembali ke saya, di saat anak itu sudah berusia 20 tahun dengan keluhan dementia. Kami coba analisis dan memang ada pengaruh dari kejatuhan itu terhadap munculnya dementia di usia muda," ucapnya.

Oleh karena itu, ia meminta pada masyarakat yang mengalami trauma untuk tidak menganggap enteng dan membiarkan trauma tersebut.

"Misalnya, ada orang kepentok. Yang terlihat di pahanya paling hanya bundaran biru kecil dengan diameter setengah centimeter. Tapi, kalau dilihat dalamnya, itu ukurannya bisa berkali-kali lipat," kata dr Tunggul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com