Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
RILIS BIZ

RS Harapan Keluarga Member of Radjak Hospital Group Sediakan Layanan Ambulance Gratis untuk Kasus Trauma

Kompas.com - 03/02/2024, 11:49 WIB
Sri Noviyanti

Editor

KOMPAS.com – Rumah Sakit (RS) Harapan Keluarga Member of Radjak Hospital Group menghadirkan layanan ambulance gratis untuk melayani kasus trauma. Hal ini merupakan salah satu yang dilakukan sebagai komitmen rumah sakit dalam mewujudkan Center of Excellence Trauma Center.

Direktur RS Harapan Keluarga Member of Radjak Hospital Group, dr Eko Budi Heryanto menyampaikan bahwa salah satu Center of Excellence dari RS Harapan Keluarga Member of Radjak Hospital adalah Trauma Center.

"Trauma center kami menangani berbagai kasus trauma dan didukung oleh berbagai layanan yang saling bersinergi untuk memberikan layanan kesehatan secara optimal," kata dr Eko dalam rilis yang diterima Kompas.com, Sabtu (3/2/2024).

Ia menjelaskan bahwa fasilitas yang dimiliki oleh RS Harapan Keluarga Member of Radjak Hospital Group bukan hanya pada teknologi internal, melainkan akses untuk merujuk atau mengevakuasi pasien ke rumah sakit Member of Radjak Hospital Group lainnya.

"Tak hanya memberikan layanan, kami juga melakukan edukasi, yang ujungnya akan semakin mempertinggi potensi kesembuhan dan pemulihan dari pasien yang mengalami trauma karena dapat dengan cepat ditangani," ujarnya.

Layanan lainnya yang menjadi unggulan RS Harapan Keluarga Member of Radjak Hospital Group adalah layanan hot-line dan ambulance.

"Penanganan kami cepat dan bagus hasilnya. Hal ini bisa dilihat dari rekam jejak response time kami. Dan, sebagai catatan, layanan ambulance ini tidak kami tarik biaya sama sekali," kata dr. Eko.

Ilustrasi pasien.Dok RS Harapan Keluarga Member of Radjak Hospital Group Ilustrasi pasien.

Ia menjelaskan bahwa layanan ambulance uji terbukti mampu meningkatkan potensi pemulihan pasien karena mereka dapat ditangani lebih cepat.

"Di area ini hanya kami yang menyediakan layanan ambulance yang dapat dipanggil ke lokasi terjadinya trauma," tandasnya.

Dokter Spesialis Orthopedi RS Harapan Keluarga Member of Radjak Hospital Group, dr Juliando, SP, OT, menyatakan bahwa penanganan pertama dinyatakan memiliki pengaruh pada tingkat pulih dari korban yang mengalami trauma.

"Kami itu berpacu dengan waktu sehingga pertolongan pertama dalam waktu cepat itu sangat memengaruhi," kata dr Juliando.

Ia pun memaparkan bahwa kecepatan memberikan bantuan itu berpotensi mencegah terjadinya kematian jaringan, yang jika terjadi akan menghilangkan fungsi dari organ tubuh.

"Setiap kasus memiliki golden time yang berbeda. Tidak bisa dipukul rata. Intinya, semakin cepat bisa mendapatkan perawatan medis, maka akan lebih baik," tuturnya.

Selanjutnya, kata dia, ada pilihan bagi masyarakat untuk tetap memilih pengobatan alternatif patah tulang, dinyatakan berpotensi untuk menimbulkan infeksi, kegagalan pada jaringan tubuh fungsi salah satu bagian tubuh.

Ia juga mengimbau agar masyarakat mengutamakan untuk mendatangi tim medis, khususnya untuk kasus fraktur tertutup.

"Pengobatan alternatif pijat patah tulang memang menjadi pilihan masyarakat. Paling banyak alasannya adalah karena rasa takut akan operasi," kata dr Juliando.

Meski demikian, ia tidak menyalahkan pilihan masyarakat. Ia menilai, mayoritas masyarakat belum memahami risikonya.

"Ada beberapa alasan tindakan medis adalah pilihan lebih baik. Misalnya, potensi adanya pembuluh darah terjepit, yang ujungnya menyebabkan kegagalan fungsi anggota tubuh," ucapnya.

Ia mencontohkan pada kasus cedera fraktur tertutup pada lengan bagian atas. Pengobatan alternative umumnya hanya membenarkan tulang tanpa memahami adanya jalur pembuluh darah.

"Akhirnya yang terjadi adalah pasien penderita awalnya mengalami kebas, lalu jari-jarinya mulai terasa kebas, dan berujung pada munculnya warna hitam, yang mengindikasikan matinya jaringan pada area tersebut," ucapnya lagi.

Oleh karena itu, ia berharap agar masyarakat mulai memahami risiko yang akan mereka hadapi saat memilih cara pengobatan pada trauma yang mereka alami.

"Dengan adanya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, kami harap, risiko-risiko seperti ini dapat dihindari," imbuhnya.

Jangan anggap enteng

Di sisi lain, ia juga menimbau masyarakat untuk tidak mengganggap enteng kasus trauma yang dialaminya.Sebab, sekecil apa pun truma maka dapat memiliki potensi menimbulkan keluhan pada fungsi tubuh di kemudian hari.

Dokter Spesialis Bedah Saraf RS Harapan Keluarga Member of Radjak Hospital, dr SM Tunggul Mangaradja Marpaung, SpBS, menjelaskan bahwa ada beberapa kasus trauma yang memiliki dampak setelah beberapa waktu berselang.

"Saat menerima kasus trauma, yang pertama kali kami lakukan adalah menganalisa, mana yang pertama harus kita lakukan untuk menyelamatkan hidup pasien. Semaksimal mungkin, setelah itu, kita memastikan fungsi organ tubuhnya dapat kembali," kata dr Tunggul.

Setelah perawatan, ia menyatakan mayoritas penderita trauma bisa kembali mendapatkan fungsi dari bagian tubuhnya secara normal.

"Tapi, ada beberapa kasus late-syndrome. Mungkin pada pusat traumanya sudah kita pulihkan, tapi tidak tertutup kemungkinan trauma itu menyebabkan area lain terdampak," ucapnya.

Sebagai contoh, dalam kasus yang pernah ia tangani, seorang anak kecil mengalami trauma jatuh di area kepala.

"Saat itu, traumanya sudah pulih. Tapi kemarin, ibunya datang kembali ke saya, di saat anak itu sudah berusia 20 tahun dengan keluhan dementia. Kami coba analisis dan memang ada pengaruh dari kejatuhan itu terhadap munculnya dementia di usia muda," ucapnya.

Oleh karena itu, ia meminta pada masyarakat yang mengalami trauma untuk tidak menganggap enteng dan membiarkan trauma tersebut.

"Misalnya, ada orang kepentok. Yang terlihat di pahanya paling hanya bundaran biru kecil dengan diameter setengah centimeter. Tapi, kalau dilihat dalamnya, itu ukurannya bisa berkali-kali lipat," kata dr Tunggul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com