KOMPAS.com - Penyakit saraf terjepit mungkin sudah tidak asing bagi masyarakat, namun yang lebih populer adalah saraf terjepit di bagian pinggang atau punggung bawah. Padahal, gangguan ini juga bisa terjadi di bagian leher.
Saraf terjepit terjadi karena adanya tekanan berlebih pada akar saraf sehingga memicu rasa sakit, kebas, dan kesemutan.
Khusus pada bagian leher (HNP servikal), menurut penjelasan dokter bedah saraf Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, Subspes. N-TB, SpKP, kebiasaan sehari-hari juga bisa jadi pemicunya. Misalnya penggunaan gadget dengan posisi kepala menunduk yang terlalu lama.
“Memainkan gadget seperti HP, laptop, atau tablet dalam posisi menunduk yang cukup lama lebih beresiko menimbulkan saraf terjepit di leher,” ucapnya dalam wawancara dengan Kompas Health, Rabu (27/3/2024).
Ia menuturkan, leher manusia menyangga beban kepala yang beratnya rata-rata 5 kilogram. Karena leher kita bisa bergerak ke segala arah saat melihat, gerakan tersebut memberikan impact ke saraf-saraf di leher.
Baca juga: Leher Belakang Kaku Gejala Penyakit Apa? Berikut 8 Daftarnya…
"Ketika kita memakai gadget, biasanya kita menunduk. Posisi menunduk atau flexi dalam waktu cukup lama beresiko tinggi menimbulkan saraf terjepit dibandingkan dengan posisi kepala tengadah atau mata sejajar dengan layar," papar dokter dari Klinik Sigma Brain Spain Centre RS Jakarta ini.
Penyebab saraf terjepit di leher lainnya misalnya kecelakaan atau mengerem mendadak saat berkendara yang memberikan tekanan besar di bagian leher.
Menurut dr.Wawan, secara umum orang berusia di atas 40-an lebih rentan mengalami HNP servikal, tetapi saat ini tren pasien lebih muda. Hal ini ditengarai akibat gaya hidup yang banyak menunduk saat memakai gadget dalam waktu lama.
Pada sebagian besar kasus, gejala nyeri dimulai di leher lalu menjalar ke lengan. Gerakan tertentu, misalnya meregangkan leher atau menoleh, dapat menyebabkan nyeri bertambah.
“Biasanya nyeri daerah tangan, tangan atas dan tangan bawah atau kesemutan serta nyeri kepala. Dalam kondisi lebih berat bisa terjadi kelumpuhan seperti genggaman tangan jadi lemah, dan yang lebih parah lagi bisa menyebabkan gangguan otonom seperti sulit buang air besar,” kata dr.Wawan.
Baca juga: Bukan Saraf Terjepit, Ini Penyebab Tersering Nyeri Punggung
Ia mengatakan, nyeri di bagian leher kebanyakan memang disebabkan karena otot dan bahu yang kaku seperti saat kita mengalami "salah bantal". Nyeri karena kekakuan otot biasanya akan hilang dengan sendirinya selama beberapa hari.
Berbeda halnya dengan saraf terjepit leher yang rasa nyerinya bisa bertahan sampai berminggu-minggu.
“Kalau leher dan bahu sudah 4 minggu atau ada juga yang diatas 6 minggu itu hati-hati jangan-jangan ada saraf yang terjepit. Apabila nyeri menjalar ke tangan sampai ke jari, enggak usah menunggu 4 minggu sudah harus diperiksakan ke dokter,” ungkapnya.
Pada kasus saraf di leher terjepit yang ringan, bisa dilakukan kompres dingin dan panas, konsumsi obat pereda nyeri. Dokter mungkin menyarankan untuk memakai penyangga leher (soft cervical collar) agar otot leher dapat beristirahat dan untuk membatasi gerakan leher. Hal ini dapat membantu mengurangi jepitan saraf karena gerakan leher.
“Salah satu tujuan pemakaian penyangga leher supaya kalau pakai laptop atau gadget nggak terlalu menunduk walaupun saraf terjepitnya masih ringan,” ujarnya.
Namun, pada kasus yang lebih berat atau perawatan lain tidak membuahkan hasil, terkadang diperlukan tindakan pembedahan. Saat ini tindakan bedah untuk kasus saraf terjepit sudah menggunakan teknik minimal invasif dan endoskopi.
Tindakan endoskopi yang belakangan ini banyak dilakukan adalah Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS), yaitu prosedur operasi endoscopic pada tulang belakang dengan menggunakan teropong. Tindakan ini harus dilakukan oleh dokter spesialis yang kompeten.
Baca juga: 8 Penyebab Saraf Kejepit dan Cara Pengobatannya