KOMPAS.com - Penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) Kanker Payudara menjadi bagian dari prioritas kesehatan pemerintah dalam penanganan kanker. Suara para penyintas penting untuk didengar dalam pembuatan program.
RAN Kanker Payudara adalah strategi nasional untuk menurunkan beban penyakit kanker payudara dan mencapai target penurunan angka kematian akibat kanker payudara sebesar 2.5 persen per tahun sebagaimana ditetapkan oleh WHO melalui Global Breast Cancer Initiative.
Para penyintas dan juga tokoh yang peduli pada penanganan kanker payudara yang tergabung dalam Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia (A2KPI) menyatakan kesiapan penuh untuk berperan dan terlibat secara aktif dalam penyusunan RAN Kanker Payudara.
Ketua panitia A2KPI, Aryanthi Baramuli Putri mengatakan menyambut baik komitmen pemerintah atas pengendalian kanker yang komperhensif, mengingat beban penyakit ini yang sangat besar.
“Komitmen baik ini harus segera ditindaklanjuti dengan strategi implementasi yang tertuang dalam rencana aksi nasional khusus kanker payudara disertai rencana pendanaan yang memadai agar implementasinya bisa optimal," katanya dalam acara konferensi pers yang digelar A2KPI di Jakarta (31/10/2024)
Dewan Penasehat Lovepink Indonesia, Samantha Barbara menambahkan tujuan utama dari upaya penanggulangan kanker payudara adalah untuk memberikan hasil penanganan yang lebih baik bagi pasien.
"Oleh karena itu, pasien adalah pemangku kepentingan kunci dalam penyusunan dan implementasi RAN Kanker Payudara. Untuk pasien, bersama pasien,” katanya.
Baca juga: Mendobrak Hambatan Psikologis Takut Cek Kanker Payudara
WHO melalui Global Breast Cancer Initiative (GBCI) telah menyusun kerangka kerja yang dapat
diadaptasi oleh setiap negara untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.
Kerangka kerja GBCI ini menekankan pentingnya deteksi dini, diagnosis yang cepat dan tepat,
serta perawatan yang komprehensif.
Dengan kerangka panduan ini, setiap negara termasuk Indonesia diharapkan dapat mengadopsi, menyesuaikannya dengan konteks lokal, dan mempercepat implementasinya untuk mencapai target penurunan angka kematian akibat kanker payudara.
Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Kementrian Kesehatan, Theresia Sandra mengatakan, deteksi dini dengan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) dan juga pemeriksaan payudara klinis (Sadanis) harus ditingkatkan agar kanker payudara ditemukan di stadium awal.
"Tak sedikit yang takut saat mengetahui terdiagnosis kanker payudara dan menunda pengobatan. Ada yang lebih memilih berobat alternatif dulu, lalu baru datang setelah ke dokter setelah stadium lanjut," ujarnya.
Ia menambahkan, lewat program terbaru pemerintah yaitu pemeriksaan kesehatan rutin untuk setiap warga negara secara gratis setiap ulang tahun, diharapkan angka deteksi dini kanker payudara bisa ditingkatkan.
Ada pun jenis penyakit yang diperiksa dalam program skrining kesehatan gratis ini akan berbeda-beda sesuai kelompok usia masing-masing.
"Selain kanker payudara, juga ada pemeriksaan kanker serviks, kanker paru, kanker hati, dan masih banyak lagi," kata Sandra.
Baca juga: Kemenkes Siapkan Layanan Skrining Kanker Payudara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.