KOMPAS.com - Pembesaran prostat jinak, yang dikenal sebagai hiperplasia prostat jinak adalah masalah prostat yang paling umum pada pria. Hampir semua pria akan mengalami pembesaran prostat seiring bertambahnya usia.
Hiperplasia prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah kondisi di mana kelenjar prostat tumbuh lebih besar dari biasanya, tetapi pertumbuhan tersebut tidak disebabkan oleh kanker.
Prostat memiliki dua fase pertumbuhan utama. Fase pertumbuhan pertama terjadi pada awal masa pubertas, saat prostat berukuran dua kali lipat.
Fase pertumbuhan kedua dimulai sekitar usia 25 tahun dan berlanjut sepanjang hidup. BPH sering terjadi pada akhir fase pertumbuhan kedua.
Para ahli memperkirakan bahwa sekitar 6 persen pria berusia 40-65 tahun akan mengalami pembesarn prostat, sementara pria berusia di atas 65 tahun risikonya naik menjadi 50 persen. Faktor risiko ini akan naik dua kali lipat jika ada riwayat dalam keluarga.
Baca juga: Pria 45 Tahun Wajib Cek Kanker Prostat, Begini Penjelasan Dokter...
Pakar urologi merekomendasikan pria berusia di atas 50 tahun untuk melakukan pemeriksaan prostat untuk deteksi dini. Namun, jika ada riwayat dalam keluarga bisa dimulai di usia di atas 40 tahun.
Apa saja gejala BPH
Karena kelenjar prostat mengelilingi uretra, saluran yang menyalurkan urine keluar dari tubuh, mudah untuk melihat bahwa pembesaran prostat dapat menyebabkan penyumbatan saluran tersebut. Pria dengan pembesaran prostat mungkin mengalami:
- Aliran urin lambat atau menetes
- Sulit untuk berkemih
- Sering buang air kecil
- Sering terbangun malam hari untuk pipis
- Sering kebelet buang air kecil
Baca juga: 10 Penyebab Tidak Banyak Minum tapi Sering Buang Air Kecil
Ketika pembesarannya memburuk, kemungkinan akan timbul gejala lain, seperti:
- Ada batu kandung kemih
- Infeksi kandung kemih
- Ada darah di urin
- Sumbatan pada saluran kemih sehingga tidak bisa pipis
- Kerusakan pada ginjal
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dokter untuk mendiagnosis BPH, mulai dari melihat adanya kelainan pada prostat hingga pemeriksaan urin.
Pengobatan BPH
Pasien dengan gejala ringan mungkin tidak memerlukan perawatan selain pengawasan untuk memastikan kondisinya tidak memburuk. Pendekatan ini terkadang disebut "menunggu dengan waspada" atau pengawasan.
Sejumlah pilihan perawatan tersedia jika gejala BPH mulai parah. Perawatannya mulai dari pemberian obat-obatan untuk mengecilkan prostat, terapi energi panas, hingga operasi untuk mengatasi sumbatan pada saluran kencing.
Baca juga: 6 Langkah Cerdik Kurangi Risiko Kanker Prostat, Apa Saja?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.