KOMPAS.com - Banyak perempuan mengira masalah jerawat akan hilang setelah melewati masa remaja. Namun, bagi sebagian orang jerawat ternyata tetap menjadi masalah hingga usia dewasa. Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu penyebab utamanya adalah hormon.
Fluktuasi hormon, baik akibat siklus menstruasi, perubahan fisiologis seperti kehamilan dan persalinan, maupun kondisi kesehatan seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS), dapat memicu timbulnya jerawat kapan saja.
“Jerawat hormonal biasanya muncul setelah masa pubertas dan di usia dewasa, umumnya mulai usia 25 tahun. Kondisi ini sering disebut sebagai jerawat dewasa,” ujar Dr. Lee Hwee Chyen, dokter kulit dan Direktur Medis Epi Dermatology & Laser Specialist Clinic, Singapura.
Jerawat jenis ini merupakan subtipe jerawat yang dipicu oleh fluktuasi kadar hormon, khususnya hormon androgen. Meskipun androgen dikenal sebagai hormon seks pria, hormon ini juga terdapat dalam tubuh wanita meski dalam kadar lebih rendah.
Baca juga: Dokter Sebut Remaja dengan Gangguan Haid dan Obesitas Waspada PCOS
Dr. Rachel Ho, dokter estetika di La Clinic, menjelaskan bahwa hormon androgen dapat meningkatkan produksi sebum, yang pada akhirnya memicu timbulnya jerawat.
Jerawat hormonal umumnya terjadi selama siklus menstruasi. Kondisi ini dipicu oleh fluktuasi hormon progesteron dan estrogen, yang dapat meningkatkan produksi sebum pada kulit.
Selain menstruasi, ketidakseimbangan hormon juga bisa muncul akibat kondisi medis seperti PCOS, gangguan tiroid, hiperplasia adrenal kongenital (kelainan genetik yang menyebabkan produksi testosteron berlebih oleh kelenjar adrenal), serta Sindrom Cushing (di mana tubuh memproduksi kortisol secara berlebihan dalam jangka waktu lama). Semua gangguan ini berpotensi memperburuk jerawat.
Meskipun jerawat hormonal dapat muncul di wajah, dada, atau punggung, sebagian besar kasusnya timbul di area dagu dan rahang.
Membedakan antara jerawat hormonal dan jerawat akibat stres bisa membingungkan, karena keduanya dipicu oleh perubahan hormon.
Baca juga: Apakah Makanan Memicu Jerawat? Ini Penjelasan Dokter
Saat mengalami stres, tubuh memproduksi lebih banyak kortisol dan androgen. Kadar hormon yang tinggi ini merangsang produksi sebum, meningkatkan peradangan, dan memicu penumpukan bakteri yang menyebabkan jerawat.
Menurut Dr. Ho, jerawat stres dapat muncul kapan saja akibat tekanan psikologis dan biasanya akan mereda setelah stres berakhir.
Sebaliknya, jerawat hormonal bersifat siklus. Kondisi ini cenderung memburuk selama fase luteal dari siklus menstruasi, yakni hari ke-14 hingga ke-28, atau sekitar satu minggu sebelum menstruasi. Pada fase ini, peningkatan kadar testosteron merangsang produksi sebum yang menyebabkan timbulnya jerawat.
Baca juga: Kandungan Sunscreen untuk Kulit Berminyak, dari Zinc hingga Cica
Kuatnya pengaruh hormonal
Seseorang akan terus menghadapi jerawat hormonal selama faktor hormonal yang memicunya masih ada. Karena itulah, perempuan lebih rentan mengalami jerawat hormonal akibat fluktuasi hormon yang terjadi sepanjang hidup, seperti saat menstruasi, kehamilan, menopause, penggunaan pil KB, atau ketika menjalani program kesuburan.
Namun, sebagaimana hormon dapat memicu jerawat, hormon juga bisa membantu mengatasi jerawat secara alami ketika kadarnya mulai stabil.