Menurut mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (Menko Kesra dan Taskin) Haryono Suyono, periode emas program Keluarga Berencana (KB) hingga meraih Penghargaan Populasi dari PBB pada 1989, dihasilkan melalui pendekatan masyarakat di pedesaan.
Pada 1980, angka rata-rata pertumbuhan penduduk 2,44 persen. Setelah penggalakan program KB di pedesaan, yang menyumbang lebih dari 50 persen total populasi Indonesia, angka itu menurun 1,95 persen pada 1990, kemudian jadi 1,16 persen pada 2000. Kini angka itu meningkat kembali jadi 1,48 persen.
”Di periode 1980-1990-an, kami memiliki program dokter keliling dan bidan masuk desa. Program itu memberikan pelayanan dan pembelajaran kepada masyarakat mengenai pentingnya keluarga berencana,” ujar Haryono dalam High Level Seminar on The ICPD Beyond 2014 Review, Selasa (1/4), di Jakarta.
Saat itu ada sekitar 40.000 petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) yang tersebar di 62.000 desa. Kini, PLKB hanya 15.000 orang di 78.000 desa.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal mengatakan, pihaknya mengupayakan pemberian insentif bagi PLKB.
”Kini, tidak cukup hanya bermodalkan komitmen, loyalitas, dan dedikasi. Kami tengah menggodok bentuk insentif baru bagi PLKB, seperti pengadaan kendaraan, pelatihan, serta gedung kantor,” ujar Fasli.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan, tugas puskesmas sebagai pilar berwawasan kesejahteraan, pilar pelayanan tingkat kecamatan, serta inisiator pembangunan di desa perlu digalakkan kembali. (A07)