Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manggis, Satu Lagi Antioksidan Asli Indonesia

Kompas.com - 04/10/2010, 16:06 WIB

KOMPAS.com — Jika durian kerap disebut sebagai "King of Fruits", maka gelar "Queen of Fruits" dipegang oleh manggis. Anehnya, manggis kalah tenar dibandingkan mangga, durian, atau buah-buah musiman lainnya.

Pasti ada sebabnya mengapa manggis disebut sebagai "Ratu Buah". Buah yang tumbuh di daerah beriklim subtropis ini kaya akan xanthone, salah satu jenis antioksidan yang paling "super". Bahkan, manggis memiliki lebih dari 40 jenis xanthone. Kandungan xanthone ini paling banyak ditemukan pada kulit manggis yang keras. Seperti yang Anda tahu, antioksidan berfungsi untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas.

Selain mengandung antioksidan yang dipercaya mampu memperlambat proses penuaan, manggis juga menyimpan sejumlah nutrisi lainnya, seperti serat, potasium, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, zat besi, vitamin C, dan vitamin B6. Dengan berbagai kandungan gizi itu, mengonsumsi jus manggis secara teratur bisa membantu Anda mengatasi berbagai kondisi kesehatan tanpa efek samping, seperti kelelahan, tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, radang sendi, kolesterol serta diare dan problem pencernaan lainnya.

Tidak ada yang bisa memastikan dari mana manggis berasal. Namun, buah ini diyakini merupakan buah asli kepulauan Sunda, gugusan pulau di sebelah barat kepulauan Indonesia. Selain di Indonesia, manggis juga tumbuh di Thailand, Malaysia, dan India bagian selatan. Tanaman ini tidak mampu menoleransi iklim yang lebih dingin sehingga sulit dikembangbiakkan di Eropa dan Amerika. Negara ini lebih banyak mengimpornya dari Thailand atau Indonesia.

Buah ini juga menjadi mahal karena merupakan salah satu buah yang paling sulit tumbuh. Tanahnya harus basah, tapi tidak terlalu basah, juga tidak berpasir atau berlumpur. Kebanyakan pohon tumbuh di hutan hujan, yang di sana kondisinya sudah sempurna. Mereka bahkan mirip tanaman liar di hutan hujan Asia Tenggara. Repotnya lagi, pohon ini butuh 10 tahun untuk berbuah.

Memilih manggis
Kandungan serat yang tinggi pada manggis membuat kita cepat merasa kenyang saat mengonsumsi buah ini. Oleh sebab itu, para pakar kesehatan juga mengatakan, buah ini baik dikonsumsi setelah Anda berolahraga. Ketika Anda butuh memulihkan tenaga dan cairan yang hilang, manggis bisa menjadi jawabannya. Energi yang diperoleh dari manggis bertahan lebih lama daripada yang ditawarkan sumber-sumber artifisial. 

Karena seratnya yang tinggi itu pula, manggis sangat mudah dicerna. Manggis juga memiliki daya pembakar lemak yang akan bekerja 24 jam. Kombinasi kedua hal ini akan membantu Anda menurunkan berat badan. Tentu saja hasil itu tak cukup jika kita hanya mengonsumsi banyak buah manggis. Imbangi konsumsi buah tersebut dengan latihan ringan yang rutin. Dengan begitu, Anda akan segera menikmati gaya hidup yang lebih sehat dan lebih aktif.

Bagaimana cara yang baik untuk mengonsumsi buah yang rasanya manis dan asam ini?

Anda bisa menikmati buah ini dalam tiga bentuk: memakannya dalam kondisi segar, menjadikannya jus, atau mengonsumsi yang sudah dikeringkan. Jika mengonsumsinya secara rutin, Anda bisa merasakan manfaat buah ini. Akan lebih baik bila Anda mengonsumsinya sebagai buah segar, yang terbebas dari segala bahan pengawet atau pemanis. Katanya sih, dengan cara ini, Anda akan merasa lebih sehat, lebih muda, dan energik.

Untuk mendapatkan manfaat terbesarnya, pastikan Anda memilih buah yang terbaik. Manggis yang manis, juicy, dan matang akan terasa dari kulitnya yang lentur ketika dipegang. Adapun buah yang kulitnya terasa keras seperti batu artinya belum matang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau