Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Pubertas Terlalu Cepat

Kompas.com - 07/04/2011, 11:38 WIB

KOMPAS.com Masa pubertas identik dengan masa remaja. Pubertas adalah suatu proses yang alamiah berupa masa peralihan dari anak menjadi dewasa dikaitkan dengan kematangan seksual.

Namun, apa jadinya jika masa pubertas dialami lebih dini oleh seorang anak? Bagaimana jika anak berusia 7 tahun sudah mengalami menstruasi atau payudaranya membesar? Apakah hal ini berpengaruh pada kesehatannya?

Secara umum, tanda awal pubertas yang normal mulai muncul pada anak perempuan berusia 8-13 tahun dan anak laki-laki pada usia 9-14 tahun. Bila tanda seksual sekunder pada anak perempuan muncul sebelum usia 8 tahun dan pada anak laki-laki sebelum usia 9 tahun, maka ia disebut mengalami pubertas prekoks atau pubertas dini.

Menurut dr Aditya Suryansyah SpA, penulis buku Panik Saat Pubertas? Say No, ada banyak faktor yang bisa membuat anak pubertas lebih cepat, misalnya faktor etnis, status gizi, kurang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak, atau gangguan hormon.

Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami pubertas dini atau tidak, ada serangkaian pemeriksaan yang harus dilakukan, antara lain pemeriksaan usia tulang dan pemeriksaan hormon.

"Bila anak mengalami pubertas prekoks, usia tulangnya akan mengalami penuaan lebih cepat daripada usia biologisnya," katanya.

Tanda-tanda fisik seperti pembesaran payudara yang tidak diikuti dengan tanda pubertas lainnya, lanjut Aditya, masih dianggap variasi normal. Namun, pemantauan harus tetap dilakukan.

Pubertas yang timbul terlalu cepat akan membawa konsekuensi pada tubuh. "Makin cepat pubertas, makin cepat pula hormonnya timbul sehingga terjadi perubahan struktur tubuh. Hal ini bisa menimbulkan kekacauan, misalnya tumor," katanya.

Anak yang mengalami pubertas dini juga akan mengalami pertumbuhan tinggi badan lebih cepat karena tulangnya menutup lebih cepat sehingga tulangnya akan lebih pendek dibanding anak lain yang masa pubertasnya normal.

Sebaiknya, orangtua membawa anaknya ke dokter untuk melakukan pemeriksaan sehingga dokter bisa melakukan terapi sesuai dengan kondisi anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com